• Uncategorized

Pekan ASI: Sepuluh Fakta Memberikan ASI/Menyusui

Written by on 4 August 2016

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui merupakan cara yang paling efektif untuk menjamin kesehatan dan memastikan anak dapat bertahan hidup. Jika setiap anak/bayi disusui (diberikan ASI) dalam satu jam paska kelahiran, sekitar 800.000 anak dapat terselamatkan setiap tahunnya. Secara global, kurang dari 40% bayi yang berusia di bawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Ini berarti mayoritas bayi terluput dari pemenuhan salah satu hak dasar hidup mereka.

Karena itu, beragam upaya seperti pengadaan konseling menyusui yang kompeten dan dukungan terhadap para ibu dan keluarga sangat diperlukan untuk mengoptimalkan praktek menyusui bayi. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO secara aktif mempromosikan aktivitas menyusui sebagai sumber gizi terbaik untuk para bayi dan anak-anak. Berikut ini, 10 fakta dari sekian banyak fakta yang menguntungkan dari praktek menyusui:

WHO merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama masa kehidupan bayi. Setelah itu, makanan padat, seperti buah-buahan dan sayuran, seyogyanya diperkenalkan untuk mendampingi ASI mulai bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun atau lebih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui antara lain menyusui dimulai dalam kurun waktu 1 jam pertama, ASI diberikan sesuai dengan permintaan bayi kapanpun, dan penggunaan botol maupun dot bayi mesti dihindari.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang ideal buat bayi. ASI memberikan bayi semua gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan kesehatannya. ASI itu aman dan mengandung banyak antibodi yang mampu melindungi bayi dari serangan penyakit anak-anak seperti diare dan pneumonia (dua penyakit yang menjadi momok buat bayi di seluruh dunia). ASI itu tersedia kapanpun buat menjamin bayi mendapatkan gizi yang memadai.

Menyusui juga bermanfaat buat ibu. Pemberian ASI eksklusif terkait erat dengan metode pengendalian kelahiran (98% perlindungan di enam bulan pertama paska kelahiran). Menyusui juga mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara, diabetes tipe 2, dan depresi paska kelahiran.

Keuntungan jangka panjang buat anak. Menyusui/pemberian ASI eksklusif juga berkontribusi penuh atas kesehatan seumur hidup anak. Orang dewasa yang menyusu atau mendapatkan ASI pada saat bayi, memiliki risiko lebih rendah obesitas. Juga lebih rendah berisiko terkena diabetes tipe 2 serta memiliki kemampuan intelejensia lebih baik.

Susu formula tidak memiliki kandungan antibodi seperti yang dimiliki ASI. Keuntungan jangka panjang dari aktivitas menyusui untuk ibu dan anak tidak dapat diganti oleh susu formula. Pemberian susu formula memiliki risiko tinggi tercemar dari air yang tidak bersih, peralatan yang tidak steril, serta kehadiran bakteri di bubuk susu formula. Bahkan kelebihan memberi susu formula dapat menghasilkan malnutrisi anak.

HIV dan Menyusui. Ibu yang terinfeksi HIV dapat menularkan infeksinya tersebut kepada si bayi selama masa kehamilan, saat melahirkan dan saat menyusui. Namun, obat antiretroviral (ARV) memberi harapan. Gabungan antara pemberian ARV dan ASI eksklusif kepada bayi dapat mengurangi risiko transmisi HIV.  WHO merekomendasikan saat ibu yang terinfeksi HIV menyusui, mereka wajib menerima (terlebih dahulu) ARV dan mengikuti pedoman WHO untuk menyusui bayi.

Peraturan Pengganti ASI. Sebuah kode internasional mengatur pemasaran pengganti ASI yang diadopsi tahun 1981. Kode tersebut berlaku untuk semua label susu formula mesti memuat pernyataan mengenai keuntungan memberi ASI dan risiko kesehatan yang bakal didapat bila mengganti ASI. Kode tersebut juga mengatur pelarangan terhadap promosi pengganti air susu ibu, melarang pula pemberian produk contoh susu formula kepada ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga mereka, serta melarang distribusi secara gratis produk pengganti ASI kepada pekerja maupun fasilitas kesehatan.

Mendukung Ibu Menyusui itu Penting. Aktivitas menyusui perlu dipelajari dan banyak perempuan mengalami kesulitan pada awal perdana menyusui. Kendala psikis diperkeruh dengan adanya praktek-praktek ‘penghalang’ seperti pemisahan bayi dan ibu usai proses persalinan, pengadaan ruang bayi, dan pemberian suplemen susu formula. Itu semua adalah ‘godaan’ buat para ibu. Untuk itu, WHO dan UNICEF mendorong inisiatif Rumah Sakit Ramah Bayi (Baby-friendly Hospital Initiative) kepada seluruh fasilitas kesehatan, termasuk di Indonesia.

Kerja dan Menyusui. Banyak ibu menyusui yang kembali bekerja pada akhirnya meninggalkan aktivitas menyusui bayi mereka. Masalah waktu yang terbatas (kesibukan bekerja), juga lokasi/tempat menyusui, dan tempat menyimpan susu yang diperas, menjadi sejumlah sebab para ibu tidak menyusui bayi mereka. Untuk itu, para ibu menyusui perlu didukung dengan menyediakan tempat yang private, bersih dan aman di dalam atau dekat area kerja untuk dapat terus menyusui bayi mereka. Sejumlah dukungan lainnya adalah cuti hamil/melahirkan, pengaturan kerja paruh waktu pengganti, penyediaan fasilitas penyimpanan ASI dan penerapan istirahat menyusui.

Makanan Pendamping ASI. Atau lebih dikenal dengan sebutan MPASI, diperlukan untuk menunjang perkembangan bayi paska usia 6 bulan. Namun, MPASI (seperti namanya) diberikan bersama ‘makanan utama’ bayi, yaitu ASI. Makanan untuk bayi dapat disiapkan secara khusus atau bisa pula merupakan modifikasi dari makanan keluarga. WHO mencatat bahwa frekuensi pemberian ASI tidak boleh berkurang saat MPASi diberikan. Selain itu, MPASI pun mesti diberikan dengan sendok kecil, tidak boleh dengan botol/dot, juga MPASI juga mesti bersih dan aman buat bayi. who | yp


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL