• Uncategorized

Warrior Kanker Payudara: Think Positive & Always Happy!

Written by on 5 October 2016

Satu dari delapan perempuan di dunia berpotensi menjadi penyandang kanker payudara. Karena itu, alangkah baiknya jika perempuan Indonesia sadar akan pentingnya deteksi dini kanker payudara, mengingat sebuah ungkapan yang berbunyi ‘mencegah lebih baik daripada mengobati’.

Namun bila kanker payudara sudah menjadi bagian dalam hidup kita, maka sejatinya pola pikir positif mesti dikembangkan setiap hari. Dengan kondisi mental (psikis) yang stabil (positif), maka niscaya seseorang dengan kanker payudara dapat ‘menang’ (menjadi seorang survivor). Pola pikir positif tersebut pun diterapkan oleh Irma Wijaya dari Paguyuban Pelangi hingga kini hidup dengan kanker payudara. Bahkan Irma yang disebut dengan istilah warrior kanker, memandang kanker payudara yang disandang sebagai sebuah rejeki.

 “Kepada seluruh perempuan, apabila dideteksi sesuatu yang tidak mengenakkan, pertama yang harus kita sadari adalah kita diberikan rejeki seperti itu karena kita bisa dan kuat, dan jangan pernah lupa untuk memohon kepada-Nya, kemudian think positive, dan selalu happy,” pesan Irma, dalam Seri Talkshow Bulan Kepedulian Kanker Payudara 2016 di studio FM96.30MHz RPK Jakarta, Rabu (05/10).

Pola pikir positif saat menghadapi kanker, termasuk kanker payudara, perlu mendapat dukungan penuh baik dari keluarga maupun komunitas sesama penyandang kanker dan orang-orang yang peduli kanker. Karena itu, menurut Diana Subiyanto, Ketua Paguyuban Pelangi yang juga merupakan seorang survivor kanker, 27 Mei tahun lalu (2015) kelompok pendukung (support group) dibentuk dengan dukungan penuh dari GKI Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sejak awal dibentuk hingga kini, Paguyuban Pelangi rutin mengadakan pertemuan internal setiap bulan (Temu Kasih) dan aktivitas yang terbuka untuk umum secara rutin, baik antar sesama survivor/warrior kanker, juga bersama orang-orang yang peduli terhadap kanker, salah satunya kanker payudara.

Kami (para survivor) ingin berbagi informasi agar orang-orang jangan terkena kanker… agar lebih waspada sebelum terkena kanker…,” ujar Diana.

Lanjut Diana, melalui Paguyuban Pelangi, mereka ingin membagikan semangat, inspirasi, pola pikir positif, juga sudut pandang medis yang berguna buat warrior/survivor, juga khalayak umum. Ada sharing perspektif, refleksi soal kehidupan dan kematian, juga saling menopang, dalam setiap aktivitas Paguyuban Pelangi.

Paguyuban Pelangi @RPK FM Jakarta

Paguyuban Pelangi @RPK FM Jakarta

Deteksi Dini Segera!

Dr. Rebecca Angka, M.Biomed dari Paguyuban Pelangi GKI Pondok Indah mengatakan bahwa deteksi dini kanker lebih baik dilakukan pada orang yang sehat dan belum ada keluhan. Pasalnya hampir semua kanker (termasuk kanker payudara) pada stadium dini itu tidak ada keluhannya.

Langkah pertama yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara adalah ‘sadari’ (Periksa Payudara Sendiri). Dr. Rebecca menjelaskan bahwa langkah ini harus dilakukan setiap bulan. Bagi yang masih dalam masa reproduksi (haid teratur), ‘sadari’ dapat dilakukan satu minggu setelah haid bersih dan jangan menjelang haid mengingat keadaan payudara yang sedang membengkak. Bagi kaum hawa yang sudah mengalami menopause, pilihlah tanggal tertentu untuk melakukan ‘sadari’ agar tidak lupa.

Untuk perempuan yang berusia di atas 40 tahun, walaupun dari langkah ‘sadari’ tidak teraba adanya benjolan, tetapi dr. Rebecca menganjurkan untuk melakukan mamografi. Dengan mamografi, dapat terlihat keadaan-keadaan tertentu jika ada kecenderungan suatu kanker menjadi ganas. Sedangkan untuk perempuan yang berusia dibawah 40 tahun cukup dengan melakukan USG payudara saja.

“Jadi sebelum jadi kanker, udah bisa kita tangani agar tidak berkembang menjadi kanker,” Ujar dr Rebeka.

Selain itu, kanker payudara juga dapat terdeteksi dengan keluarnya cairan dari puting susu. “Seharusnya kalau tidak sedang menyusui tidak akan keluar cairan, tidak akan keluar asi, tidak akan keluar darah,” kata dr. Rebeka.

Penyebab kanker payudara sangat beragam, yaitu faktor lingkungan dan juga genetik. Faktor lingkungan misalnya, pola makan yang tidak sehat, merokok, dan juga kegemukan. Faktor lainnya adalah perempuan yang tidak menikah atau menikah tetapi tidak pernah melahirkan anak atau melahirkan anak tapi tidak pernah menyusui, dan juga yang melahirkan di atas 35 tahun.


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL