Pertamina: Tidak Hanya Takaran Yang Pas, Pelayanan SPBU Pun Mesti Prima!
Written by rpkfm on 21 November 2016
PT. Pertamina (Persero) saat ini selain memiliki slogan ‘Pasti Pas!‘ yang tersemat di setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina, juga mempunyai slogan ‘Pasti Prima!‘ Slogan ‘Pasti Pas!” merupakan jaminan dari perusahaan migas milik pemerintah itu kepada konsumen bahwa takaran migas yang mereka pasarkan sudah sesuai dengan angka yang tertulis alias sudah pas. Sementara dengan slogan ‘Pasti Prima!’, Pertamina pun menjamin pelayanan yang prima di kurang lebih 5.700 SPBU di seluruh Indonesia.
Menurut Vice President Corporate Communication PT. Pertamina (persero), Wianda Pusponegoro, saat ini pihaknya tengah menumbuhkan kecintaan terhadap pelayanan (service) yang prima. Wianda mengatakan diupayakan agar para operator, pemilik SPBU hingga para karyawan Pertamina, mampu dan suka hati memberikan pelayanan prima terhadap konsumen.
“…dalam rangka memenuhi hak-hak konsumen, ada satu aspek, aspek pelayanan yang harus sudah menjadi jati diri para pekerja Pertamina,” demikian jamin Wianda, dalam acara ‘Peluncuran Hasil Uji Petik Takaran dan Standar Layanan SPBU‘ di kawasan Jakarta Pusat, Senin (21/11).
Menanggapi komitmen Pertamina tersebut, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan bahwa adalah hal yang sangat revolusioner dilakukan Pertamina bila paradigma kerja diubah dari melulu urusan bisnis jual beli minyak dan gas, menjadi fokus pada pelayanan prima buat konsumen.
“Ibarat di penerbangan, takaran migas di SPBU Pertamina itu sama dengan safety (masalah keselamatan penumpang-red.) Jadi tidak ada kompromi lagi soal safety (takaran-red.), artinya itu harga mati. Jadi, Pertamina bisa ‘menjual’ layanan atau services,” ujar Tulus Abadi.
Terkait dengan layanan atau service SPBU, di Indonesia saat ini memang tengah terjadi ‘perang layanan’. Pasalnya, bila bicara soal harga bahan bakar minyak (BBM), baik SPBU milik Pertamina ataupun milik penyedia migas luar negeri, sudah sangat bersaing alias kompetitif. Bila melihat layanan yang diberikan oleh salah satu penyedia migas milik luar negeri yang mulai banyak beroperasi di Jakarta misalnya, mereka begitu mengutamakan layanan prima selain memastikan takaran migas yang diberikan pas.
Pentingnya standar layanan prima dalam bisnis migas ini terkuak dalam hasil survey yang dilakukan YLKI. Selain menemukan sejumlah titik SPBU di Jakarta dan sekitar yang masih bermasalah soal takaran, YLKI pun menemukan fakta bahwa fasilitas layanan nonmigas yang kurang bahkan tidak ada, seperti ketersediaan toilet dan mushala yang memadai. Selain itu, YLKI juga menemukan sejumlah fasilitas SPBU yang masih kurang memenuhi harapan konsumen, seperti masalah kebersihan, sarana parkir, keberadaan ATM, minimarket, instalasi pengisian air dan angin, ketertiban dan perilaku petugas/operator SPBU, serta kondisi antrian motor dan mobil.
Sementara terkait dengan uji petik takaran, survey YLKI menemukan bahwa walau masih ada SPBU dengan takaran yang tidak sesuai dengan batas toleransi, namun itu sebagian besar masih wajar. Koordinator Lapangan untuk Survey Uji Petik Takaran dan Layanan Standar di SPBU dari YLKI, Natalya Kurniawati mengatakan bahwa buat yang ditemukan melanggar telah ditindaklanjuti oleh pihak Unit Pengelola Metrologi dan Pertamina. Bahkan ada dispenser yang bermasalah di sebuah SPBU yang disegel, dan nozzle yang dicabut. Hal tersebut demi menjaga kepentingan konsumen, dan untuk pengusaha diberi kesempatan untuk memperbaiki sesuai dengan standar yang berlaku.