Kemenkes Ajak Masyarakat Hapus Stigma Buruk Terhadap Penderita Kusta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut menghapus stigma buruk terhadap para penderita penyakit kusta, yang sampai saat ini masih ada di beberapa propinsi. Hal itu disampaikan pada temu media dalam rangka Hari Kusta Sedunia 2018.

“Penyakit kusta adalah penyakit tua yang sifatnya menular. Tapi kusta dapat dengan cepat disembuhkan jika cepat dideteksi dan diobati. Obatnya diberikan secara gratis. Keluarga punya peran yang besar dalam upaya penemuan kasus kusta secara dini. Mari bersama hapus stigma kusta dan diskriminasi terhadap mereka yang mengalami kusta,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, Selasa (30/1/2017) di Jakarta.

Pernyataan itu diamini oleh Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi, SpKK  dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia. Menurutnya sampai saat ini masih ada stigma kepada para penderita dimana mereka dianggap menderita karena keturunan, kutukan, guna-guna, kenajisan, juga tidak bisa disembuhkan. Akibat dari stigma ini membuat penderitanya enggan berobat, yang mengakibatkan virusnya dapat menular dan sang penderita terus bertambah parah.

“Penyakit ini sifatnya memang menular, tetapi tidak mudah menular. Mungkin jika didalam keluarga ada yang menjadi penderita, bisa saja hanya ada satu anggota keluarga yang tertular. Karena itu mohon jangan jauhi para penderita kusta. Jika kita tahu ada yang kusta, segera ajak berobat, bahkan obatnya sudah gratis,” katanya.

Dalam temu media ini juga dipaparkan peta distribusi kasus kusta di tingkat propinsi pada tahun 2016, dimana tercatat dari angka prevalensi kusta di Indonesia (0,17 per 10000 penduduk) terdapat kasus penderita kusta sebanyak 18.248 yang terdaftar. Sementara itu terdapat 16.826 penemuan kasus baru (6,50 per 100.000 penduduk).