• Uncategorized

Hidup untuk Menghargai Kehadiran Orang lain

Written by on June 1, 2016

Pada dasarnya di dunia yang semakin instan saat ini, dengan beragam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesehatan selalu menjadi prioritas setiap masyarakat dunia. Dalam hal ini, kesehatan dipandang penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Demikian pula dengan masyarakat yang tinggal di kota urban seperti halnya kota Jakarta, di mana beragam profesi dan aktivitas senantiasa menuntut tubuh yang sehat. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi justru cenderung berbanding terbalik.

Khususnya, angka kematian yang diakibatkan kerena penggunaan rokok. Jika kita melihat data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014, epidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, 600 ribu orang diantaranya merupakan perokok pasif yang di dalamnya anak-anak termasuk. Pasalnya temuan ini diperkuat dengan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 yang menunjukan bahwa perokok usia di atas 15 tahun sebanyak 36,3%. Selain itu, sebagian besar dari mereka adalah laki-laki dengan prevelensi 64,9% dan jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia. Seperti yang dilansir dalam Kompas.com Daerah dengan prevalensi perokok laki-laki terbesar ada di Gorontalo. Sedangkan, prevalensi perokok perempuan terbesar ada di Papua.

Jika kita melihat di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebesar 85% rumah tangga terpapar asap rokok, estimasinya adalah delapan perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Pada umumnya, orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko yang akan di hadapi dari bahayanya adiktif rokok. Oleh sebab itu, berbicara tentang pengguna rokok saat ini, tentunya tidak terlepas dari kehidupan anak-anak khususnya yang berusia di bawah 19 tahun. selain itu juga, berdasarkan hasil survei dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, 2010 dan 2013, menunjukan bahwa trend usia merokok meningkat pada usia remaja, dengan kelompok umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun.

Kita tahu bersama bahwa memang pengonsumsi tembakau pada satu sisi adalah hak pribadi masing-masing atau setiap warga negara. Akan tetapi, kita juga harus memperhatikan bahwa di sisi lain juga ada ruang publik yang harus kita hormati. Di mana, ada hak masyarakat untuk menghirup udarah segar atau bebas dari asap rokok. Namun, acapkali kita menemukan bahwa, para pengonsumsi rokok atau tembakau cenderung tidak memperhatikan hal ini dan justru sering mengganggu ketertiban atau meresahkan orang lain. Beragam tempat, dengan wajah yang berbeda pula terkesan seperti masa bodoh dengan sekitar mereka. Sehingga di saat itulah hak seseorang untuk mendapatkan udarah bersih terabaikan.

Oleh karena itu, untuk merespon hal ini setiap tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau. Hari Tanpa Tembakau atau (HTTS) ini, pada dasarnya bertujuan untuk menyuarakan para perokok agar “berpuasa” tidak merokok (menghisap tembakau) selama 24 jam, selain itu, peringatan ini juga secara serentak dilakukan di seluruh dunia untuk menarik perhatian dunia mengenai kebiasaan merokok dan dampak buruknya bagi kesehatan. Melalui peringatan ini tentunya kita diharapkan untuk menyadari akan pentingnya kesehatan yang katanya “Mahal” serta menghargai orang-orang di sekitar kita meskipun hanya selama 24 jam. vk | berbagai sumber


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL