• Uncategorized

YLKI: Sudah Saatnya Kita Berdaulat di Sektor Pangan

Written by on 17 October 2016

Hingga kini, Indonesia tercatat masih menjadi bagian dari negara-negara dengan jumlah komoditas impor yang cukup banyak. Salah satu sektor yang masih didominasi oleh komoditas luar negeri adalah sektor pangan. Realita ini sangat memprihatinkan menimbang potensi Indonesia yang sangat besar di sektor strategis tersebut. 

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan bahwa sejatinya Indonesia dapat memproduksi sendiri (swasembada) sejumlah komoditas impor tersebut. Dengan kita memproduksi sendiri, menurut salah satu Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo, maka daya saing bangsa akan semakin meningkat di mata internasional.

“Pangan atau gizi sangat menentukan kompetitif suatu bangsa. Jika pemerintah tidak memiliki political will di bidang pangan ini akan berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dengan negara lain,” tutur wakil ketua harian YLKI tersebut dalam program #SmartConsumer on 96.30RPKFM Jakarta, Jumat (14/10).

Lebih lanjut, Sudaryatmo mengungkapkan bahwa sejumlah bahan pangan yang masih harus didatangkan dari negara lain, sebagai berikut (berdasarkan data Badan Pusat Statistik/BPS 2015)

  1. Beras | 225.000 ton beras – US$ 97 juta
  2. Jagung | 2 juta ton – US$ 522 juta
  3. Kedelai | 1,25 juta ton – US$ 719 juta
  4. Biji Gandum | 4,5 juta ton – US$ 1,3 milliar
  5. Terigu 61 ribu ton | US$ 46 juta
  6. Gula Pasir | 66 ribu ton – US$ 19 juta

Bukan hanya itu, menurut Sudaryatmo, kebutuhan  daging domestik di Indonesia juga cukup tinggi, yaitu sekitar 750 ton. Hal tersebut menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor sebanyak 302 ribu ton. Hampir sekitar 40% kebutuhannya masih impor dan nilainya juga sangat tinggi, yaitu sebesar US$ 121 juta. Hal ini bisa terjadi karena kebutuhan konsumsi tidak diimbangi dengan pertumbuhan produksi.

Untuk mengurangi hal tersebut, Sudaryatmo menyarankan perlu adanya peran serius pemerintah (kalau perlu all out) mendorong kapasitas produksi dalam negeri untuk komoditas pangan. Sementara dari sisi masyarakat, YLKI mendorong konsumen untuk mengambil bagian dengan cara mengonsumsi berbagai macam produk dalam negeri. Pasalnya, saat permintaan/demand tinggi terhadap produk dalam negeri, selain menguntungkan petani lokal, juga dapat sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan bangsa terhadap komponen impor dari luar negeri.

Perbincangan #SmartConsumer di atas didasari oleh peringatan Hari Pangan Sedunia, yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober. Momentum tersebut merupakan momen berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Sementara peringatan Hari Pangan Sedunia dimulai sejak Konferensi Umum ke-20, November 1979. Tahun ini, 2016, Kementerian Pertanian Republik Indonesia mengangkat tema nasional “Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan dan Mengantisipasi Perubahan Iklim”


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL