Crowd Rating, Coba Kembalikan Hak Penonton Terhadap Konten Televisi

Written by on 9 February 2018

Sampai saat ini di Indonesia hanya ada satu riset yang dipakai oleh industri media televisi untuk melihat sampai sejauh mana konten program televisi menerpa masyarakat. Namun riset ini dinilai masih bersifat satu pihak dan manfaatnya hanya dinikmati dan merupakan keuntungan bagi pelaku industri televisi saja.

Hal ini disampaikan Clara Esti dari Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) dalam program Bincang Siar RPK FM Jakarta. Dipandu Mediana dari Koalisi Nasional Reformasi Penyiaran (KNRP), Clara mengatakan bahwa sampai saat ini masyarakat belum diajak untuk berpartisipasi aktif untuk memberikan input terkait konten televisi.

“Selama ini rating hanya menyajikan perkiraan jumlah berapa orang yang menonton program tertentu di jam tertentu dan di kanal tertentu. Jadi kalau misalnya saya bosan untuk konten televisi tertentu atau ada hal lainnya, saya tidak bisa menyuarakan pendapat itu, dan tidak tertangkap oleh rating, padahal rating ini sangat mempengaruhi dalam pembuatan sebuah program acara,” katanya, Rabu (7/2/2018).

Bahkan dapat dikatakan konten program televisi saat ini membuat para penonton terzholimi dengan pendewaan rating yang lebih banyak digunakan untuk menentukan harga iklan. “Penonton seharusnya jadi raja, consumer is the king, tapi kenyataannya di televisi logika itu tidak terjadi karena suara penonton tidak tersampaikan kepada para pembuat konten program,” tambahnya.

Untuk itulah Clara bersama teman-temannya menggagas untuk membuat rating khusus yang dapat merangkul suara masyarakat, terutama soal konten televisi.

“Riset ini lahir dari kegelisahan kami, makin kebelakang saat ini isi konten televisi makin seragam saja, misalnya hampir 70% hampir ngomongin pulau Jawa saja, pulau lain tidak sampai 15 persen, padahal soal keberagaman identitas, Indonesia rumah dari lebih dari 1000 suku. Tapi di televisi, 40 persen hanya suku Jawa saja, kemana yang lain? Dan lokasi berita infotainment dll, hanya mengambil lokasi di Jakarta saja, ini membuat kami gelisah gimana kita bisa merefleksikan keberagaman Indonesia, jika isi televisi saja seragam. Seharusnya penoton itu punya suara untuk menentukan isi konten televisi.”

Clara tidak menutup fakta bahwa ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh ide bernama Crowd Rating ini. Dirinya menyebutkan, tantangannya dari sisi warga masyarakat adalah kemauan untuk menyampaikan pendapat mengenai konten program ini.

“Jika mau jalan, masyarakat harus jadi penonton yang kritis dan mau menyuarakannya secara nyata. Daripada nyinyir didepan televisi aja, lebih baik ditulis, sehingga suara ini punya kesempatan untuk didengar oleh para pembuat program.”

Tantangan kedua, tentunya adalah bagi para pelaku industri televisi, dimana mereka harus cepat sadar bahwa inilah saatnya untuk memanfaatkan suara masyarakat. Karena industri televisi ini hidup dari penonton, dan kalau kontennya tidak relevan, kemungkinan besar program televisi akan ditinggal masyarakat.


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL