Ternyata Bariartric Surgery, Bukanlah Operasi Kecantikan

Written by on 13 March 2018

Di Indonesia, gemuk merupakan lambang kesuburan. Namun segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk kelebihan berat badan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan, mulai dari diet, berolah raga sampai dengan mengonsumsi obat-obatan penunda nafsu makan. Jika segala usaha sudah dilakukan namun berat badan masih susah turun, ada satu solusi terakhir yaitu operasi bariartric (Bariartric Surgery).

Obesity is a disease, karena obesitas dapat memicu penyakit lainnya seperti jantung, kencing manis, kolesterol, rematik, dsb,” ujar dr. Errawan Wiradisuria Sp.B-KBD, M.Kes (Digestive Surgeon) dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dalam program Klinik RPK, Selasa (13/3/2018). Operasi Bariartric adalah operasi dimana lambung dikecilkan untuk mengurangi daya tampung di lambung sehingga kuantitas lambung jauh berkurang namun tidak mengurangi kualitas makanan yang dikonsumsi.

Seseorang dikatakan memiliki Morbid Obesity atau obesitas akut jika BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh lebih dari 35, atau 30 namun memiliki penyerta. Cara menghitung BMI adalah jumlah berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam meter, lalu dikuadratkan. BMI normal adalah 19 sampai dibawah 25. BMI lebih dari 25 adalah overweight. BMI diatas 30 adalah obesitas kelas 1 dan BMI diatas 35 adalah Morbid/Severe Obesity.

Kekeliruan yang sering terjadi adalah operasi Bariartric sering disamakan dengan Liposuction (sedot lemak). Operasi sedot lemak merupakan operasi kecantikan untuk mengambil lemak2 di beberapa area tubuh sementara operasi Bariartric adalah operasi kesehatan untuk penyakit obesitas. Dengan melakukan operasi Bariartric maka akan mengurangi penyakit-penyakit penyerta lainnya.

Karena karena kapasitas lambung yang menjadi sedikit, maka asam lambung juga akan berkurang sesuai dengan kapasitas. Selain itu, dengan mengecilnya kapasitas lambung maka oksintik yang menghasilkan zat grelin (nafsu makan) juga berkurang. Makanan meluncur lebih cepat, merangsang sel beta dari pankreas untuk meningkatkan insulin yang dapat mengurangi diabetes.

Untuk melakukan tindakan operasi diperlukan tahapan-tahapan pemeriksaan keamanan. Pasien akan dicek 5 organ vital dalam tubuh terlebih dulu seperti otak, paru-paru, jantung, ginjal dan hati. Tidak hanya dengan ahli bedah pencernaan, pasca operasi pasien juga tetap harus melakukan konsultasi dengan ahli gizi selama 6 bulan sampai 1 tahun untuk mengontrol makanan dan ahli bedah plastik jika pada tubuh masih terdapat sisa-sisa kulit.

Pasca operasi, makanan yang dikonsumsi pasien akan berubah secara bertahap. Dimulai dari makanan cair, lalu lunak sampai yang keras. Setelah 8 sampai 12 minggu, pasien dapat mengonsumsi makanan secara bebas namun tidak dalam jumlah yang banyak. Pasien harus mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit demi sedikit karena makanan meluncur secara cepat sehingga dapat memungkinkan untuk muntah.

Dokter Errawan menghimbau bahwa operasi merupakan alternatif terakhir untuk menurunkan berat badan, jika segala usaha yang dilakukan tidak berhasil. Oleh karena itu, meskipun sudah melakukan operasi pasien harus tetap mengatur pola makan dan rajin berolah raga agar dapat menjaga kesehatan dan berat badan ideal.

(Nadya Joan)


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL