Kemenkes: El Nino Pengaruhi Meningkatnya Kasus DBD Di Indonesia
Written by Daniel Tanamal on 12 June 2023
Jakarta, RPKFM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa kasus demam berdarah berpotensi meningkat seiring dengan prediksi adanya fenomena El Nino tahun ini. Hal ini dikatakan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi, dalam konferensi pers ‘Peringatan ASEAN Dengue Day 2023’ oleh Kemenkes RI di Jakarta, Senin, (12/6/2023).
“Ada satu grafik yang menunjukkan kasus-kasusnya yang tinggi akan terjadi pada saat adanya El Nino. El Nino seperti tahun ini kan (ada potensi) El Nino, dan suhunya meningkat. Ada penelitian nyamuk semakin ganas kalau dia berada di suhu yang panas. Jadi frekuensi dia menggigit anak meningkat 3-5 kali lipat di atas 30 derajat” kata Imran.
Fenomena El Nino di Indonesia diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mulai dirasakan pertengahan tahun ini. Fenomena ini merupakan pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Dampaknya, kondisi ini dapat memicu kekeringan dan curah hujan rendah di beberapa wilayah.
Sementara itu, hingga minggu ke-22 tahun ini, Imran menyatakan kasus DBD di dalam negeri mencapai 35.694 kasus. Dikatakan, curah hujan minim, membuat genangan air dari hujan sebelumnya menetap dan tidak tersirkulasi. Genangan ini menjadi tempat berkembang biak (breeding place) nyamuk penyebab demam berdarah tersebut. “Mungkin seminggu sekali atau 3-4 hari baru hujan. Ada tampungan air di ban bekas, di kaleng-kaleng, di sampah, ini jadi breeding place,” tambahnya.
Dikatakan, periode akhir tahun sering menjadi waktu kasus DBD mengalami peningkatan. “Dari periode 10 tahun terakhir, grafik tinggi pada akhir tahun mulai November naik, kemudian naik puncaknya pada Februari. Ini hubungannya dengan siklus musim hujan. Ada genangan, meningkat kasusnya. Dan tiap tahun seperti ini gambarannya,” sambungnya.
Kemenkes menunjukan data bahwa angka kasus DBD di Indonesia terus meningkat. Pada 2022, angka kejadian capai 143.184, dengan provinsi DBD tertinggi, terjadi di Jawa Barat yakni sebanyak 36.500 kasus.
Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Anak FKUI-RSCM, dr. Mulya Rahma Karyanti, ikut menjelaskan dan menghimbau masyarakat melakukan sejumlah langkah preventif untuk mencegah meningkatnya kasus DBD di Indonesia
“Pesan 3M Plus harus tetap digaungkan oleh masyarakat untuk melakukan membersikan tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. Seminggu sekali aja dibersihkan dengan menguras, menimbun, atau menutup tempat-tempat penampungan air yang bisa mencegah jentik menjadi nyamuk dewasa,” katanya.
Beberapa tanda bahaya yang wajib diwaspadai masyarakat adalah, jika mengalami demam hingga hari ketiga yang diikuti kondisi tubuh yang lemas, selalu ingin tertidur, muntah, nyeri perut hebat, pendarahan, bintik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah hingga buang air besar berdarah. Masyarakat juga diminta aktif melakukan cek intensif dan berkala demi menghindari bahaya DBD.
( Daniel Tanamal )