#MondaySpirit: Mengapa Bersyukur?

“Di atas langit masih ada langit”, ungkapan ini dengan sederhana menjelaskan bahwa segala hal yang ada di dunia ini tidak akan pernah ada habisnya. Demikian juga dengan kekayaan, dikejar sedemikian rupa pun tidak akan pernah cukup jika manusia selalu lupa untuk bersyukur.

Kekayaan dan kepemilikan pada dasarnya bersifat netral dan tidak buruk, akan tetapi cara manusia memperlakukan kekayaan itu sendiri yang kemudian acapkali membawa kita pada persoalan.

Immanuel Christo berujar bahwa manusia sering kali menilai kekayaan hanya berdasarkan nominalnya saja, padahal belum tentu memiliki rumah besar dan barang mewah menjamin seseorang menjadi bahagia. Kesederhanaan dan perasaan cukup  yang dapat membuat orang jauh lebih menikmati kebahagiaan.

“Belajarlah untuk mensyukuri semuanya. Coba ubah lah pola pandang kita, pola sikap kita, pola tata kita terhadap apa yang Sang Khalik berikan sebagai anugerah buat kita,” Immanuel mengingatkan.

Mari belajar untuk tidak lagi dikuasai oleh kepemilikan dan kekayaan kita. Mulai menata diri sehingga segala harta benda yang kita miliki menjadi sesuatu yang indah, berarti, dan bermakna, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi banyak orang. Ingat, kekayaan yang kita miliki sebagian milik orang lain. Kita berhasil untuk mendapatkan apa yang kita punya sekarang semata-mata bukan hanya hasil jerih payah kita sendiri, tetapi juga dengan bantuan orang di sekeliling kita.

“Kita bisa mendapat penghasilan karena karyawan kita mau bekerja buat kita, kita bisa mendapatkan penghasilan karena orang lain berkontribusi buat kita,” jelas Immanuel.

Kebahagian dan kedamaian tidak akan pernah bisa dibeli oleh kepemilikan betapa pun banyaknya. Kelimpahan bukan lah kelimpahan ketika kita tidak pernah merasa terpuaskan. Hidup dengan perasaan syukur akan membuat hati lebih bahagia.

“Ingatlah, Sekalipun kita membeli rumah mewah, kita tidak bisa membeli kegembiraan di dalam rumah itu,” ujar Immanuel.