Peran Warga Gereja Dalam Mewujudkan Pemilu Damai 2024
Written by Daniel Tanamal on 8 February 2024
Jakarta, RPK FM – Universitas Kristen Indonesia melalui Pusat Studi Gender melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan tema “Peran Warga Gereja dalam Mewujudkan Pemilu Damai 2024” di Gereja Kristen Jawa Klasis Jakarta Bagian Timur, Sabtu, (3/02/2024) oleh dosen dan mahasiswa.
Kegiatan dihadiri oleh warga gereja perempuan dan laki-laki yang terdiri dari unsur Majelis Pengurus Harian (MPH), orang dewasa dan anak muda. Kegiatan ini merupakan pendidikan politik bagi warga gereja, di mana pada 14 Februari 2024 ini, warga negara Indonesia akan menggunakan hak politiknya dalam pemilu presiden/wakil presiden, anggota DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Kepala Daerah (pada November 2024 yang akan datang).
Pengurus Badan Pelaksana XIX GKJ Klasis Jakarta Bagian Timur Pnt. Haryanto dalam sambutannya mengatakan dalam pokok-pokok ajaran GKJ, gereja memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pengetahuan kepada warga jemaatnya, bagaimana harus memahami dan bersikap dalam kehidupan bernegara.
Pnt. Haryanto mengutarakan terdapat empat hal penting yang harus dilakukan oleh gereja: Pertama, mengikuti dan memahami perkembangan kehidupan politik; Kedua, menggembalakan warganya yang melakukan politik praktis; Ketiga, menggembalakan warganya untuk menjadi warga negara yang baik yang mencerminkan tingkah laku orang percaya; Keempat, bila perlu membuat dan mengeluarkan pernyataan politik berasaskan imamat, rajawi. “Berangkat dari hal tersebut, pentingnya pengetahuan dan penguatan bagi warga gereja agar menjadi pemilih yang cerdas, dengan menggunakan hak politiknya melalui moment pemilu. Maka GKJ Klasis Jakarta Bagian Timur menyambut dengan syukur dan sukacita atas kegiatan ini,” kata Pnt. Haryanto.
Kegiatan diawali oleh Dr. Audra Jovani, MPS, Ketua Pusat Studi Gender dan Dosen Ilmu Politik Fisipol UKI yang menyampaikan topik “Menjadi Pemilih Cerdas dalam Pemilu 2024”. Sebagai warga negara, partisipasi politik ini penting, salah satunya dengan memberikan suara dalam pemilu.

Audra Jovani menyampaikan terdapat empat catatan penting dalam memahami pentingnya peran warga gereja dalam pemilu ini: Pertama, politik merupakan sarana untuk mewujudkan kebaikan bersama (bonum commune); Kedua, politik mengandung nilai-nilai luhur seperti pelayanan, pengabdian, pengorbanan, keadilan, kejujuran, ketulusan, solidaritas, kebebasan dan tanggung jawab; Ketiga, Seruan moral “dipanggil dan diutus Allah untuk menjadi garam dan terang dunia” (Matius 15:13-14); dan bagaimana menjadi pemilih yang baik, bijak dan cerdas.
“Pemilih cerdas adalah pemilih yang menggunakan hak politiknya dengan hati nurani dan nalar yang rasional dengan melihat rekam jejak, visi misi dan program. Selain itu, sebagai pemilih cerdas harus berani menolak politisasi uang dan SARA,” jelas Dr. Audra Jovani.
Narasumber berikutnya adalah Dr. Helen Diana Vida, M.I.Kom (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisipol UKI, dengan topik “Trik Menghadapi Hoaks, Hate Speech, Negative Campaign di Media Sosial”. Masa kampanye memicu semakin maraknya hoaks, hate speech dan negative campaign di media sosial yang bisa berdampak buruk bagi kesatuan bangsa. Hal ini juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi media di masyarakat. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi hoaks, hate speech dan negative campaign antara lain dengan mewaspadai dan menghindari informasi yang memicu emosi, membaca berita secara utuh, memastikan kebenaran informasi dengan melakukan pengecekan ke sumber lainnya, dan yang sangat penting adalah bijak dalam menggunakan sosial media. “Tidak semua informasi yang kita terima harus kita teruskan ke orang lain, kita harus bijak dalam memilah dan menilai informasi mana yang baik dan mana yang bisa berdampak buruk,” ujar Helen Diana Vida.

Narasumber terakhir adalah Eustalia Wigunawati, MA (Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP UKI) dengan topik “Dampak Psikologi Paparan Negatif dari Media Sosial”. “Media sosial memiliki dampak negatif terhadap psikologis masyarakat, terutama menjelang pemilu. Dampak ini termasuk kecemasan, depresi, polarisasi, dan kebencian. Solusi untuk mengatasi dampak ini termasuk edukasi literasi digital, peran aktif platform media sosial, dan dialog terbuka,” ujar Eustalia Wigunawati.“
Solusi psikologis yang dapat diterapkan adalah mindfulness, meditasi, dan terapi CBT. Masyarakat perlu mewaspadai bahaya media sosial dan menggunakannya dengan bijak,” tambahnya.

Peserta kegiatan ini sangat antusias dalam tanya jawab yang dimoderatori oleh Pdt. Oktavianus Heri Prasetyo Nugroho, M.Si (Pendeta GKJ Bekasi) dengan fasilitator Dra. Esther Rela Intarti, M.Th (Dosen Prodi Pendidikan Agama Kristen FKIP UKI), Ephivani Kuartis Nabus (mahasiswa Prodi Ilmu Politik UKI) dan Aprina Jovanka Sirait (mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UKI).
Kegiatan ini ditutup dengan pemberian tanda kasih, doa penutup dan foto bersama.