Awas Hepatitis!
Written by rpkfm on 27 July 2017
Temuan kasus penyakit hepatitis di Indonesia ternyata masih sangat tinggi, sekali pun dalam dekade ini juga ditemukan adanya penurunan kasus, namun angkanya masih belum signifikan. Penyakit hepatitis terdiri dari pembagian virus Hepatitis A B C D dan E. “Yang terbesar di Indonesia adalah kasus Hepatitis B,” demikian ungkap dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH. Menurutnya, dari hasil Riskesdas, prefalensinya penyakit Hepatitis B mencapai 7,1%. Angka tersebut menunjukan bahwa kurang lebih 7% dari 245 juta penduduk Indonesia, terjangkit Hepatitis B.
“Ini pun baru untuk Hepatitis B,” begitu sergah dr. Irsan. Dan angka tersebut belum termasuk untuk penyakit hepatitis lainnya. Sebab itu dalam beberapa kesempatan dr. Irsan selalu menyatakan bahwa satu dari sepuluh penduduk Indonesia menderita penyakit liver atau penyakit hati. Kesulitan penanganan penyakit hepatitis, lantaran penyakit ini tidak memiliki keluhan pada frase-frase gejala awal. “Kebanyakan kasus diketahuinya sudah berat,” ungkap dr. Irsan. Padahal pada tahapan kasus berat, penanganannya sudah sangat sulit.
Dr. Irsan yang juga Ketua Pengurus Besar Perhimpunan peneliti Hati Indonesia, peta penyebaran saat ini kebanyakan muncul di wilayah Indonesia Timur. Sedangkan di kota-kota besar terutama seperti di Jakarta ini, lebih kecil dari angka 7%. “Sekitar lima persen,” ujar dr. Irsan. Di Jakarta Hepatitis C adalah kasus terbesar dengan angka nasional berkisar 1-2%. Hal ini memiliki kaitan dengan penggunaan narkotika suntik. Data IGD RSCM sekitar menyebutkan bahwa 90% pengidap Hepatitis C adalah mereka yang pernah menggunakan narkotika suntik.
Siapa pun yang pernah menggunakan narkotika suntik, selalu diarahkan melakukan test Hepatitis C. Dan yang didapat dari data dari IGD RSCM itu lebih tinggi dari kasus HIV. Hepatitis adalah penyakit yang diakibatkan virus, dan bukan penyakit turunan. Hanya saja bila ada infeksi virus dari orang tua, akan berakibat pada penyebaran. Biasanya ini terjadi pada bayi yang dilahirkan, di mana aliran darah orang tua yang terkena virus. Selain jarum suntik narkoba, peralatan sunat, pencabutan atau perawatan gigi, yang kurang steril dan juga transfusi darah.
Dan saat ini kesadaran masyarakat untuk mendeteksi dini terhadap virus hepatitis masih sangat rendah. Padahal untuk melakukan pendeteksian virus ini hanya dilakukan dengan cek darah saja. Hal itu harus dilakukan, mengingat hepatitis adalah penyakit prosesnya sangat lama. “Bisa sepuluh, belasan tahun bahkan bisa sampai tiga puluhan tahun,” demikian ungkap dr. Irsan. Bila tidak diketahui proses perjalanan penyakit hepatitis ini, akan berakhir dengan fatal. Tahapan-tahapan virus setelah masuk, seseorang akan masuk pada tahapan yang disebut Hepatitis Chronic. Yaitu masa tubuh manusia terinfeksi selama 6 bulan.
Setelah tahapan itu, perlahan-lahan hati akan mengalami peradangan hingga kemudian akan terjadi pengerasan. Dan bila pengerasan telah berlangsung bertahun-tahun, maka akan masuk masuk fase sirosis atau proses pengerutan. “Mengerut, menciut hatinya,” demikian dr. Irsan menjelaskan. “Dan ini merupakan tahap menjelang akhir,” lanjutnya lagi, masih menjelaskan. Namun hingga pada tahapan ini pun, masih menurut dr. Irsan, si penderita tidak merasakan keluhan. Namun pada saat pengerutan terjadi dan fungsi hati mulai terganggu, maka si penderita mulai mengalami berbagai keluhan.
Fungsi hati dalam kondisi normal adalah menjaga metabolisme, sistem kekebalan, sistem pembekuan, aliran darah dan sebagainya. Dan melalui peringatan Hari Hepatitis se-Dunia pada tahun ini, perayaan diarahkan sebagai gerakan usaha-usaha untuk mengeliminasi hepatitis, dengan juga menjaga generasi penerus. Sebab itu perayaan kali ini lebih terfokus pada generasi penerus yaitu anak-anak. Namun demikian, “Inti dari peringatan kali ini adalah pencegahan,” demikian dr. Irsan menekankan