Vaksin Campak dari Embrio Ayam, Vaksin Rubella dari Sel Punca Manusia
Written by rpkfm on 1 August 2017
Mulai hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017 yang lalu, Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan imunisasi campak dan rubella atau yang dikenal dengan Measles-Rubella atau MR. Wilayah tempat memulainya di seluruh Pulau Jawa yang akan terus menyusul berbagai wilayah lainnya. Vaksinasi peruntukan bayi hingga anak usia 15 tahun itu diselenggarakan di berbagai sekolah, posyandu, hingga puskesmas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan target 95 persen dari 34 juta penduduk Indonesia, sebagai sasaran imunisasi tahun 2017 untuk mendapatkan vaksin imunisasi MR.
Virus Campak dan Rubella hanya bisa hidup dalam tubuh manusia. Sebab itu bila setiap anak sudah diberikan imunisasi, maka tidak akan ada tempat bagi virus itu untuk hidup. “Virus Campak-Rubella ini dalam waktu singkat akan mati,” demikian ungkap dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. “Karena tidak ada tempat untuk dia hidup,” tambah perempuan yang akrab disapa Jane ini. Perpindahan virus ini melalui bersin dan udara, dari manusia ke manusia.
Hanya saja, kondisi masyarakat saat ini masih ada yang belum sepenuhnya yakin dengan imunisasi campak rubella. “Tapi presiden mengajak, ikut saja dulu!” Demikian Jane, seraya menirukan ajakan Presiden Joko Widodo. Dan pertanyaan-pertanyaan selama ini tentang mengapa?, apa gunanya?, dan sebagainya akan dengan sendirinya diperoleh bertahap. Selama ini sebagian masyarakat yang menolak memiliki alasan beragam. Penolakan yang paling prinsipil adalah tentang imunisasi yang diyakini dibuat dari kandungan babi.
“Vaksin Campak itu dibuatnya di janin, embrio ayam,” ungkap Jane. “Vaksin Rubella itu dibuatnya di sel punca manusia,” tegasnya melanjutkan. Secara resmi, penegasan yang sama dilontarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp. MK. Menteri menyatakan vaksin ini aman dan halal. “Imunisasi ini untuk kekebalan, dan mencegah anak dari penyakit campak dan rubella,” ujar Menteri Nila di Sleman, Yogyakarta, Selasa tanggal 1 Agustus 2017.
Menurut Jane, secara luas masyarakat sudah mengetahui tentang Campak. Namun tidak demikian dengan Rubella atau Campak Jerman, yang bila mengenai anak atau pun orang dewasa, akan sembuh dengan sendirinya. Namun apabila mengena pada ibu hamil pada trimester pertama, “Yang bisa mengakibatkan anak yang dilahirkan cacat,” demikan Jane menjelaskan. Kelahiran cacat itu akan terjadi pada anak, baik itu cacat bawaan atau pun cacat menetap, seperti bisu atau pun tuli. Informasi ini belum sampai sepenuhnya kepada masyarakat Indonesia.
Sebab itu pengguliran imunisasi MR pada tahun ini menargetkan paling tidak 95 persen dari target yang diharapkan. Harapannya adalah untuk memperkecil kemungkinan hidup dari Virus Rubella tersebut. “Dan kalau gagal, justeru menjadi sangat berbahaya,” demikian Jane. Kondisi sangat berbahaya itu, lantaran anak-anak yang tidak terimunisasi pada masa kini akan menjadi pembawa ledakan kasus bayi lahir dengan cacat bawaan, pada masa mereka menjadi orang-orang dewasa.
Dan untuk menjaga keberadaan bangsa yang lebih baik di kemudian hari, pemerintah pun mencanangkan program imunisasi MR ini bagi masyarakat. Dan sebagai masyarakat pun ada baiknya bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, bukan hanya bagi kepentingan bangsa negara namun juga untuk garis keturunan yang lebih baik. Terlebih lagi, program imunisasi MR tahun 2017 yang digulirkan pemerintah ini, benar-benar tidak dipungut biaya sepersen pun, alias gratis.