Inilah Penyebab Medis Meninggalnya Kiper Choirul Huda Seusai Benturan Keras

Written by on 17 October 2017

 

Meninggalnya seorang pemain sepakbola di Indonesia, bernama Choirul Huda usai terkena benturan keras antar sesama pemain dalam sebuah pertandingan di Lamongan, Minggu (15/10/2017), cukup mendapat perhatian yang serius bagi publik baik didalam maupun diluar negeri.

Terutama pertanyaan, hal apa yang membuat kiper Persela Lamongan tidak bisa bertahan hidup meskipun telah mendapatkan pertolongan medis secara cepat? Spesialis anastesi UGD RSUD Soegiri, tempat dimana Huda dilarikan, yaitu Dokter Yudistiro Andri Nugroho memaparkan penyebab medis Choirul Huda meninggal.

Menurut hasil pemeriksaannya, Choirul Huda mengalami istilah medis yang disebut henti napas dan henti jantung seusai mengalami benturan keras. “Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala. dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan nafas,” begitu bunyi pernyataannya dalam sebuah rilis.

Dokter Yudistiro menduga analisa diatas itulah yang kemungkinan besar menjadi penyebab Choirul Huda mengalami henti jantung dan henti nafas. “Itu analisa awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scaning, karena mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal.”

Dirinya juga menambahkan bahwa teman-teman medis di Stadion sudah melakukan penanganan pembebasan jalan napas dengan bantuan napas, hingga di ambulan juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung.

“Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu nafas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung.”

Atas usaha itu, Dokter Yudistiro mengatakan bahwa sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun.” Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda.”

 

 


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL