Kendalikan Tembakau Bersama Asia Pacific Conference on Tobacco or Health
Written by rpkfm on 8 May 2018
Persoalan pengendalian tembakau sudah menjadi isu yang sering dibicarakan di masyarakat Indonesia, khususnya masalah rokok. Program Teman Sore di RPK FM khusus segmen AADC (Ada Apa dengan Campus) bekerja sama dengan Komnas Pengendalian Tembakau membahas tema #NgobrolinRokok selama bulan April-Mei 2018. AADC edisi Kamis (03/05) membahas tentang The 12th Asia Pacific Conference on Tobacco or Health (APACT) bersama Sekjen APACT ke-12, Nurul Nadia Luntungan.
APACT adalah konferensi internasional se-Asia Pasifik dan merupakan sebuah forum bagi penggerak pengendalian tembakau untuk berkumpul setiap 2 tahun sekali, membahas apa yang dilakukan pada masing-masing negara terkait pengendalian tembakau, apa yang menjadi kendalanya, pembelajaran, dan berbagi informasi seputar tembakau. Konferensi ini dihadiri oleh para akademisi, pemerintah dan pembuat kebijakan, serta berbagai kelompok orang dari sektor yang berbeda-beda.
APACT pertama kali diselenggarakan di Taipei, bermula ketika salah satu industri rokok terbesar di Amerika Serikat berekspansi ke wilayah Asia Pasifik dikarenakan peraturan rokok yang ketat di Amerika Serikat. APACT ke-12 tahun ini akan diadakan pada tanggal 13-15 September 2018 di Bali dengan topik Tobacco Control for Sustainable Development: Ensuring a Healthy Generation. Acara yang akan diselenggarakan seperti Pre-Conference Workshop pada 12 September, Youth Camp, seminar tentang rehabilitasi berhenti merokok, Human Right Workshop, seminar peran media dalam pengendalian tembakau, dll.
Menurut Nurul, harus disadari bahwa rokok bukan saja menimbulkan masalah kesehatan namun juga masalah dari sektor lain seperti ekonomi dan pembangunan negara serta SDM pada generasi mendatang. “Peran media dalam pengendalian tembakau juga cukup penting, bagaimana data disampaikan ke publik dengan baik, bagaimana publik lebih diedukasi tentang tembakau dan rokok,” tambah Nurul.
Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dengan alasan bahwa hal ini merupakan intervensi luar yang akan mematikan budaya lokal. “Hal yang harus dikaji ulang adalah apakah betul bahwa rokok adalah budaya Indonesia atau hanya framing media saja,” ujar Nurul.