#APACT12th: Indonesia Tidak Menyerah untuk Kendalikan Tembakau
Written by rpkfm on 23 August 2018
Tantangan besar selalu hadir dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia. Sekitar 50% kematian akibat rokok di dunia terjadi di kawasan Asia Pasifik, penetrasi besar-besaran industri rokok pun melanda Asia Pasifik, ditambah kematian anak akibat rokok pun meningkat, adalah sejumlah fakta yang menjadi tantangan besar: Bagaimana mengendalikan semuanya itu?
Meski demikian Indonesia memiliki tak sedikit upaya signifikan yang dilakukan untuk mendorong pengendalian rokok, sebuah produk tembakau yang terbukti adiktif dan berbahaya. Demikian paparan Ketua Asia Pacific Conference on Tobacco or Health ke-12 (APACT12th), Arifin Panigoro, dalam Konferensi Pers APACT12th di kawasan Gondangdia, Jakarta (23/09).
“Upaya-upaya tersebut perlu diperlihatkan kepada masyarakat umum dan dunia internasional,” ujar Arifin Panigoro.
Lebih lanjut Arifin Panigoro menyinggung fakta bahwa pemerintah Indonesia belum menandatangani ratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Melalui #APACT12th, Arifin berharap pemerintah lebih melihat kesungguhan masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda, untuk dapat hidup sehat tanpa tembakau.
Sementara itu, Penasehat Internasional #APACT, Prof. Emil Salim mengatakan bahwa pemerintah Indonesia diharapkan lebih memberi perhatian pada persoalan rokok.
“Pemerintah Indonesia perlu menyusun aturan komprehensif, untuk melindungi generasi penerus bangsa melalui upaya pengendalian tembakau yang dilakukan selama ini,” kata Prof. Emil Salim.
Pegiat lingkungan hidup itu pun mengatakan bahwa apabila Indonesia ingin maju sejahtera di masa yang akan datang, maka Indonesia harus hidup tanpa nikotin (baca: rokok).
Untuk itu, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan APACT12th yang akan diadakan di Nusa Dua, Bali, 13-15 September 2018. Sekretaris Jenderal APACT12th, Nurul Luntungan mengatakan bahwa kali ini APACT mengangkat tema “Pengendalian Tembakau untuk Pembangunan Berkelanjutan: Memastikan Lahirnya Generasi Sehat“. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin memastikan kepada dunia internasional bahwa negeri ini tetap berkomitmen untuk memastikan anak-anak Indonesia terbebas dari epidemi membahayakan yang dihasilkan dari konsumsi rokok.
Komite Pemuda #APACT12th, Hasna Pradityas mengatakan bahwa saat ini industri rokok menjadikan kaum muda sebagai target produk mereka. Hal tersebut ditandai dengan semakin muda usia para perokok pemula (baby smoker). Ajang #APACT12th, menurut Hasna, memberi porsi lebih besar kepada keterlibatan anak muda, dalam gelaran Youth Camp, 12-15 September 2018. Kamp Muda itu akan diikuti 50 anak muda terpilih, 15 negara di Asia Pasifik.
“Kaum muda tidak hanya menjadi obyek (konferensi), anak muda juga akan menjadi subyek yang terlibat di 5 kegiatan besar di #APACT12th ,” ujar Hasna.
Hasna mengatakan bahwa keterlibatan kaum muda dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia bakal menjadi penyemangat masyarakat yang peduli masa depan bangsa. Semangat anak muda yang identik dengan hal-hal kreatif dan inovatif diharapkan mampu menandingi ekspansi kreatif dari industri rokok di kawasan Asia Pasifik, terutama di Indonesia.
#APACT12th di Nusa Dua, Bali, akan mengangkat sejumlah pokok bahasan penting, diantaranya mengenai cukai rokok dan kemiskinan, perlindungan perempuan dan anak, hak asasi manusia, pertanian tembakau, pekerja industri, hingga pariwisata bebas asap rokok. #APACT atau Konferensi Asia Pasifik tentang Tembakau dan Kesehatan merupakan agenda 2 tahunan di kawasan Asia Pasifik. Pertama kali diselenggarakan tahun 1989 di Taipei, sebagai respon ‘perlawanan’ atas ekspansi besar-besaran industri rokok di kawasan Asia Pasifik.
Info lebih lengkap soal ajang #APACT12th dapat disimak melalui laman www.apact12th.org