Kurangnya Pola Asuh Anak Pemicu Baby Smoker
Written by rpkfm on 28 August 2018
Baru-baru ini kembali ditemukan baby smoker, Rapi Ananda Pamungkas berusia 2 tahun asal Cibadak, Sukabumi. “Awalnya, anak ini memungut puntung rokok yang ada di halaman rumahnya. Dari situlah dia mulai kecanduan,” tutur Ketua No Tobacco Community, Ir. Bambang Priyono, M.T pada konferensi pers “Baby Smoker Masih Tetap Ada!” di Jakarta, Selasa (21/8/2018). Bambang menambahkan bahwa hal tersebut dipicu oleh ayahnya yang seorang perokok dan ibunya memiliki warung yang menjual rokok. Selain itu, orang-orang disekitarnya banyak yang merokok.
“Anak itu liat orang ngerokok atau iklan rokok, ia langsung meminta rokok. Kalau orangtuanya gak mau nurutin, sang anak bisa ngambek. Orangtuanya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menurutinya,” jelas Bambang. Diumur Rapi yang masih amat muda ini, ia belum bisa menyalakan rokok sendiri namun dibantu orang tuanya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kesadaran dan pola pengasuhan orangtua.
Melihat kasus ini, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati angkat bicara bahwa kuncinya ada di orangtua. “Anak tantrum (ngambek) meminta sesuatu itu hal yang wajar. Tetapi pengetahuan orangtua menjadi sangat penting untuk menuruti atau tidak,” ucap Rita. Anak meminta rokok sudah jelas itu tidak boleh diberikan. Rita mengatakan bahwa begitu orangtua menuruti sekali, anak jadi tau caranya menaklukan orang tua.
“Menjadi orangtua yang kreatif itu penting loh, mainan anak tuh gak hanya rokok. Stimulus anak itu gak hanya rokok,” ujar Rita. Orangtua dapat memberikan mainan yang lain sebagai pengalihan anak ke hal yang lebih baik. “Orangtua harus tenang kalau anaknya tantrum,” ujar Rita memberi tips bagi orangtua. Menurutnya, pertahanan diri orangtua sangat penting, karena jika orangtua tidak tenang apalagi di depan publik, pasti inginnya menuruti. Orangtua juga harus memikirkan baik buruk buat jangka pendek maupun jangka panjang untuk sang anak.
Katherine Juliana