IDIL Jadi Ajang Atasi Krisis Bahasa Lokal
Written by Argopandoyo Tri Hanggono on 15 December 2022
Sahabat RPK dari Kota Paris, Prancis, dalam ajang High-level Celebration of the International Decade of Indigenous Languages atau IDIL, yang digelar UNESCO tanggal 13 Desember 2022 yang lalu sebagai puncak perayaan terhadap situasi kritis dari banyak bahasa lokal guna memobilisasi pelestarian, revitalisasi, dan promosi bahasa daerah, indonesia diberi peranan dalam acara yang dihadiri sekitar 600 orang ini secara luring ini.
Indonesia yang merupakan negara dengan 718 bahasa daerah, pada saat itu dipercaya UNESCO tampil sebagai panelis dalam diskusi meja bundar tematik tingkat tinggi di sesi pertama. Sesi yang menengahkan tema “Indigenous Languages for Social Inclusion: Quality Education, Knowledge Creation, and Advocacy” itu, menghadirkan narasumber Kepala Badan Pengembangan dan Bahasa, E. Aminudin Aziz. Aminudin saat itu memaparkan praktik yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam merevitalisasi bahasa-bahasa.
Sahabat RPK, ada dua masalah krusial yang ditengahkan pada sesi itu. Pertama, tentang kebijakan negara yang memastikan semua bahasa terpelihara dengan baik. Lalu yang ke dua, tentang kebijakan negara dalam menjamin akses anak sekolah mempelajari bahasa daerah mereka. Tentang hal ini, Aminudin menjelaskan, Indonesia yang tidak mengenal istilah bahasa “indigenous”. Indonesia lebih cocok menggunakan istilah “Bahasa Daerah”, yaitu bahasa yang dituturkan anggota masyarakat dalam mengekspresikan dan mewakili identitas budaya masing-masing di daerahnya.
“Penggunaannya dapat sangat luas, tidak dibatasi wilayah administratif atau batas geografis tertentu,” demikian Aminudin menjelaskan. Bahkan di banyak wilayah, masih kata Aminudin, bahasa daerah di Indonesia adalah bahasa ibu yang digunakan di lingkungan masyarakat. Maka dalam kaitan kebijakan negara yang menjamin akses bagi anak sekolah untuk mempelajari bahasa daerah mereka sendiri. Aminudin menyatakan bahwa inisiatif baru melalui ungkapan Merdeka Belajar Episode Ke-17, yang mendorong “Revitalisasi Bahasa Daerah”, menawarkan perspektif baru untuk revitalisasi bahasa daerah.
Hal tersebut dengan sendirinya memungkinkan semua peserta didik di sekolah dasar dan menengah untuk mempelajari bahasa daerah mereka sesuai minatnya. Ini berarti bahwa anak-anak Indonesia diberi kebebasan penuh untuk memilih pelajaran sesuai dengan minatnya. Dan dalam memberikan akses kepada tiap siswa di Indonesia, pemerintah Indonesia juga mendukung penuh penyediaan guru dan fasilitator yang bekerja sama dengan pegiat bahasa daerah.
Dan situasi yang telah berlangsung dua tahun itu kini dirayakan secara luas oleh pelajar, guru, dan penutur bahasa lokal di seluruh Indonesia. Menurutnya, di tahun 2022 ini Indonesia telah merevitalisasi 39 bahasa daerah dengan melibatkan partisipasi lebih dari 3,3 juta orang. “Saya pikir ini sukses besar,” ungkap Aminudin. Seraya berharap agar praktik di Indonesia bisa menjadi pertimbangan negara-negara lain, dengan kompleksitas bahasa yang mirip dengan Indonesia, agar bisa diterapkan di masing-masing negara.
Sahabat RPK, Ketua Bahasa kita ini mengingatkan bahwa saling belajar dari negara lain adalah salah satu butir yang masuk ke dalam Rencana Aksi Global untuk Dekade Bahasa Daerah yang dicanangkan oleh UNESCO. Acara ini dihadiri peserta mewakili pemerintah-pemerintah, pemimpin dan pemuda adat, perwakilan PBB, organisasi nonpemerintah (NGO), peneliti, pendidik, seniman, dan perwakilan dari sektor publik dan swasta di seluruh dunia. Dan pada acara ini, juga menyediakan ruang diskusi terbuka, berbagi praktik baik, presentasi proyek yang relevan, dan pertunjukan budaya.