Franka Makarim Ajak Terima Kehadiran Anak-anak dengan Down Syndrome
Written by Argopandoyo Tri Hanggono on 15 March 2023
Kemendikbudristek bersama Dharma Wanita Persatuan Kemendikbudristek menyelenggarakan Peringatan Hari Down Syndrome Internasional dalam bentuk webinar Pendidikan Khusus dengan bertema “Pendidikan Bermutu Bersama Kami”. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Dr. Iwan Syahril, Ph.D., mengajak masyarakat menciptakan pendidikan yang berkeadilan bagi semua anak tanpa memandang perbedaan.
Ungkapan Dirjen PAUD Dikdas Dikmen itu berdasarkan data dari World Health Organization yang menyatakan bahwa, setiap tahun sekitar 3.000 sampai 5.000 anak lahir dengan kondisi down syndrome. Dan sampai saat ini ada sekitar 8 juta penderita down syndrome di dunia ini. Sabab itu, Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar menerapkan keberpihakan pada setiap anak dengan terus mendorong tumbuhnya sekolah-sekolah inklusi.
Prinsipnya, kata Iwan, sekolah harus hadir dan memberikan kesetaraan hak bagi semua anak dan menghadirkan pembelajaran yang mengakomodir semua peserta didik, “termasuk bagi penyandang disabilitas,” demikian kata Iwan dalam Webinar pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2023 yang lalu. Berdasarkan data pokok pendidikan per Desember 2022, ada sebanyak 40.928 sekolah yangb telah melaksanakan pendidikan inklusi.
Pelaksanaa sekolah inklusi itu dimulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, baik negeri mau pun swasta. Dan dari jumlah satuan pendidikan itu, ada 135.946 peserta didik berkebutuhan khusus telah terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di dalamnya. Iwan juga berpesan agar masyarakat terus memberi motivasi dan kekuatan psikologis bagi para orang tua dari anak-anak down syndrome.
Di kesempatan itu, Iwan mengajak masyarakat untuk memberikan ruang bagi anak-anak down syndrome agar mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya. “Semoga kita selalu diberi kekuatan dalam mewujudkan cita-cita, mimpi bersama,” begitu ungkap Iwan berharap. Mimpi yang dimaksud adalah mimpi untuk mewujudkan pendidikan inklusif, adil, dan merata, “bagi seluruh anak-anak di Indonesia,” begitu lanjutnya memaparkan.
Ketua Dharma Wanita Pusat, Franka Makarim di kesempatan yang sama juga mengajak masyarakat untuk menguatkan tekad dalam mewujudkan pendidikan yang kondusif dan suportif. ia mengatakan bahwa masih banyak anak-anak down syndrome yang mengalami diskriminasi. Sesungguhnya kondisi seperti ini tidak hanya merugikan si anak, namun juga bagi masyarakat lingkungannya.
Menurut Franka setiap anak memiliki potensi yang dapat mendukung kemajuan masyarakat serta bangsa dan negara. Oleh sebab itu, sosialisasi publik yang lebih luas perlu dilakukan agar pola pikir dan pemahaman orang tua, guru, dan masyarakat umum bisa berubah dalam menyikapi down syndrome. Hari down syndrom sedunia tahun ini mengangkat tema “With Us for Us”.
Melalui tema tersebut, masyarakat diharapkan bisa meninggalkan stigma yang menganggap anak Down syndrome sebagai objek yang memerlukan orang lain bahkan ketergantungan pada pertolongan orang lain. Sehubungan dengan hal itu, Franka mengajak semua untuk menciptakan dunia yang ramah dan memberikan perilaku adil bagi anak-naka dengan Down syndrome.
Ajakan itu adalah ajakan untuk menerima kehadiran anak-anak dengan Down Syndrome dengan tidak memandang sebelah mata. “Kita meyakini bahwa mereka memiliki potensi, rasa, mimpi, dan mampu berkontribusi bagi masyarakat,” begitu ujar Franka mengajak kita semua.