Pdt Gomar Gultom : “Tidak ada kasus di Al Zaitun, yang berkasus itu di luar sana…”
Written by Argopandoyo Tri Hanggono on 24 July 2023
Memperingati 1 Muharam 1444 H, Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu pimpinan Syaykh Al Zaitun Prof. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, menggelar perayaan dengan mengangkat tema “Toleransi dan Perdamaian untuk Persatuan, Menuju Kebangkitan Kembali Indonesia Raya.” Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Pendeta Gomar Gultom, tampak hadir dalam Perayaan yang diselenggarakan di Masjid Rahmatan Lil Alamin Indramayu 19 Juli 2023 yang lalu itu.
Pada kesempatan diharapkan sambutannya, Gomar dengan mengatas namakan PGI, mengucapkan selamat tahun baru, 1 Muharram 1444 Hijriah, kepada semua yang merayakan. Mengaku sangat sangat bersyukur dapat bergabung bersama rombongan untuk memperingati Tahun Baru Islam saat itu, Gomar mengajak semua yang hadir untuk mensyukuri perjalanan bersama sebagai anak-anak bangsa. Seraya berharap perayaan tahun ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat tali silaturahmi untuk semakin memampukan bangsa ini dalam merajut kerukunan dan menciptakan kedamaian.
Baginya perayaan ini merupakan awal yang baik untuk menyempurnakan hubungan dengan Allah, Sang Maha Pengasih yang mewujud pada hubungan dengan sesama manusia dan dengan alam semesta. “Saya juga mengajak kita semua untuk menyatu dalam cinta kasih Allah,” begitu ajak Gomar. Cinta kasih Allah itu, masih kata Gomar, untuk hidup bertolong-tolongan atas nama cinta dan kemanusiaan.
Saya mengimani, bahwa cinta dan kemanusiaan adalah panggilan yang tak terelakkan dalam pengutusan Tuhan terhadap kita. Dan saya percaya, cinta dan kemanusiaan sedemikian adalah intisari setiap agama” tandasnya. Mengutip kata “Allah yang Maha Penyayang dan Pengasih”, Gomar mengajak untuk sama-sama taat sepenuhnya pada kasih Tuhan, yang diimplementasikan pada kasih dan kepedulian kepada sesama.
Mengutip ungkapan seorang ulama besar, “Tidak seorang pun dari kamu memiliki iman, hingga kamu mengasihi sesamamu sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri”. “ini yang harus diterjemahkan dalam berbagai bentuk zakat, sedekah dsb,” demikian Pendeta Gomar mengungkapkan. Hal itu, menurut Gomar juga ada dalam Alkitab, yaitu Hukum yang Terutama dan yang Pertama: Mengasihi Allah, dan hukum, dan Hukum yang Kedua yang Sama dengan Itu: Mengasihi Sesama Seperti Mengasihi Diri Sendiri.
Maka di atas dasar hukum itu Pendeta Gomar mengajak untuk menggalang kesatuan dan persatuan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. “Saya tidak hendak menyamakan semua agama dengan Kristen. Jelas ada perbedaan” begitu ungkapnya. “Tetapi perbedaan itu tidak boleh kita jadikan alasan untuk memunculkan kebencian dan perselisihan di antara kita,” lanjutnya lagi menekankan. Sebaliknya cinta dan kemanusiaan itu menggenggam kita untuk hidup bersama satu sama lain dalam kebenaran dan kebaikan.
Kata Gomar, masyarakat Indonesia diajak untuk saling menghormati, jujur, adil, dan baik terhadap satu sama lain di tengah perbedaan. Pada frasa “Agamamu adalah Agamamu dan Agamaku adalah Agamaku” dipahaminya sebagai titik temu untuk mendamaikan perbedaan. “Tetapi di sisi lain dipakai untuk menegaskan perbedaan itu sendiri,” demikian papar Gomar. Namun ia menyayangkan pada beberapa waktu belakangan ini, justeru perbedaan yang dikedepankan, dengan mengabaikan titik temu itu.
Menurutnya, keadaan akan semakin memuncak bila setiap kepentingan sesaat membonceng, saat masyarakat kita sedang memasuki era di mana kebenaran dan keadilan makin sulit ditemukan. Ia juga mengatakana nahwa pada masa sekarang ini, kebohongan dikendalikan dan dipabrikasi, dan banyak orang menerima dengan rasa nyaman. :”Selama citra diri dan kehendak mereka terpuaskan, emosi telah mengendalikan segala sesuatu sehingga akal sehat dan budi pekerti seolah terenyahkan,” demikian Gomar menjabarkan.
Dunia informasi yang kompleks dan mudah dikendalikan untuk maksud tertentu, membuat umat menjadi korban dari manipulasi sistem pemberitaan, yang dirancang untuk mengendalikan masyarakat. Fenomena gelombang berita palsu yang didesign, disirkulasi luas, sebagai alat pengendali masyarakat, kini melanda masyarakat melalui tekhnik manipulasi media digital. Gomar mengatakan bahwa, peradaban ini akan menggerus semangat toleransi dan perdamaian yang selama diperjuangkan, dan sebaliknya, akan menumbuh-kembangkan kebencian dan balas dendam.
Pendeta Gomar mengisahkan saat ditanya seorang temannya tentang kasus Al Zaitun, saat temannya tahu seraya akan berkunjung ke Al Zaitun. Saat itu, ia menjawab, “Tidak ada kasus di Al Zaitun, yang berkasus itu di luar sana dan dibawa-bawa kemari,” demikian Gomar mengisahkannya. Dalam kaitan ini Gomar mensyukuri pendekatan yang selama ini dikembangkan oleh Syaykh Panji Gumilang, yakni toleransi dan perdamaian. Oleh sebab itu Gomar tidak segan mendorong Syaykh Panji Gumilang untuk terus menggelorakan cinta dan kemanusiaan dalam hidup keseharian masyarakat Indonesia.
Di kesempatan itu juga, Pdt. Gomar mengatakan bahwa Syaykh Panji telah memberikan ketauladanan. “Yang menerjemahkan mimpi dan harapan ke dalam kenyataan, yang menerjemahakan kata ke dalam tindakan,” demikian Gomar menyampaikan ungkapannya. “Terimakasih atas pendekatan cinta dan kemanusiaan yang dikembangkan selama ini,” begitu lanjutnya kemudian..
“Dengan inilah saya melihat al zaitun akan semakin bersinar karena mengembangkan toleransi dan perdamaian untuk persatuan dan kesatuan, dalam menuju kebangkitan kembali Indonesia Raya” papar Gomar dengan gamblang, pada peringatan 1 Muharam 1444 H yang dihadiri tujuh ribuan orang dari berbagai daerah serta pegiat lintas agama, tokoh adat akademisi dan lain sebagainya yang datang memadati tempat penyelenggaraan itu.