GPIB Rumuskan Strategi Perkuat Indonesia Lewat Gereja Ramah Demokrasi

Jakarta, RPKFM – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) meluncurkan konsep Gereja Ramah Demokrasi sebagai komitmen untuk memperkuat nilai demokrasi di Indonesia. Inisiatif ini lahir melalui semiloka Departemen Germasa GPIB pada 24 Agustus 2025 di GPIB Sion Balikpapan, yang menekankan peran gereja bukan hanya sebagai ruang spiritual, melainkan juga agen sosial dalam membentuk kesadaran politik umat.

Informasi dari Pendeta Manuel Essau Raintung, S.Si. M.M. (Ketua II), dalam pernyataannya, GPIB menilai demokrasi membutuhkan fondasi moral dan etika yang kokoh di tengah tantangan politik identitas, populisme, korupsi, dan menurunnya kepercayaan publik pada lembaga politik. Gereja dipandang memiliki tanggung jawab untuk membina jemaat agar tidak hanya taat secara rohani, tetapi juga menjadi warga negara yang kritis, partisipatif, dan berintegritas.

Konsep Gereja Ramah Demokrasi memiliki tiga tujuan utama, yakni memperkuat pemahaman gereja tentang politik, memetakan peran politik gereja, serta merancang strategi keterlibatan dalam kehidupan kebangsaan. Target yang ingin dicapai antara lain pemahaman substantif tentang politik, peta jalan peran politik gereja, serta strategi konkret untuk memperkuat demokrasi Indonesia.

Isu-isu strategis yang disorot mencakup partisipasi gereja dalam ruang publik, pendidikan kewarganegaraan, kebebasan berpendapat, hingga komitmen pada nilai keadilan, perdamaian, dan dialog lintas agama. Program yang disiapkan meliputi penyadaran politik jemaat melalui khotbah dan diskusi, penyediaan materi edukasi, pembentukan sekolah kepemimpinan, advokasi hukum, hingga pelayanan sosial inklusif.

“Berdasarkan tujuan dan strategi yang telah dirumuskan, kami para pelayan Tuhan di GPIB baik di tingkat Jemaat, Mupel, maupun Sinodal akan mendukung dan melaksanakan konsep Gereja Ramah Demokrasi,” demikian isi pernyataan resmi GPIB. Konsep ini diharapkan menjadi landasan moral untuk memperkuat demokrasi yang sehat dan adil bagi bangsa.