Air Kotor Sebabkan Penyakit Gagal Ginjal
Written by Daniel Tanamal on 5 June 2016
Berbicara tentang Air, tentu bukanlah hal yang baru ditelinga kita. Dasarnya, Air memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Di samping hewan dan tumbuhan, manusia cenderung lebih banyak memanfaatkan atau menggunakan air. Air seolah menempati posisi utama sebagai kebutuhan dasar yang paling penting selain makanan. Lebih tepatnya, ada air pasti ada kehidupan. Bedasarkan lansiran dari World Wide Fund for Nature (WWF) sebagai organisasi non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan.
Di Bumi, khususnya untuk badan air terbesar terdapat di laut dengan perhitungan 97% dan sisanya sebesar 3% adalah air tawar yang kita gunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dari air tawar itu dua per tiganya adalah gletser serta es di kutub yang berfungsi menstabilkan iklim global sehingga hanya satu pertiganya saja yang dapat dimanfaatkan oleh 7 milyar jiwa manusia yang hidup di bumi.
Namun, melihat perkembangan dunia saat ini, penggunaan/ pemanfaatan air bersih terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan. Sehingga hal ini memberikan dampak bagi siklus kehidupan. Di mana hal ini terlihat dari jumlah pasokan air yang kian terbatas serta semakin menurunnya kualitas air tawar yang ada. Selain itu, perebutan penggunaan air bersih untuk menunjang berbagai kebutuhan hidup, menyebabkan hilangnya akses yang layak terhadap air bersih bagi sebagian orang. Perilaku manusia yang boros akan air bersih menyebabkan semakin banyak orang-orang yang kehilangan akses terhadap air bersih. Di samping itu, pencemaran air sungai, seperti untuk industri, pertanian, dan kegiatan domestik menambah beban sungai sehingga tidak mampu lagi menyediakan manusia penghuni bantaran sungai dengan air yang berkualitas baik. Sehingga terkadang mengharuskan mereka untuk memakai air yang pada dasarnya tidak layak pakai atau yang sudah tercemar.
Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari satu miliar orang tidak memiliki akses terhadap air bersih, tiga miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang memadai, dan angka kematian akibat penyakit menular melalui air yang kurang bersih mencapai tiga juta kematian per tahun. Hal ini juga, terjadi di Indonesia, pasalnya penggunaan air yang sudah tercemar turut memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat. Jika hal ini terus berlangsun, tidak menuntut kemungkinan terjadinya gangguan pada organ tubuh seperti ginjal.
Seperti yang di kutip dari gagal-ginjal.com Penyakit gagal ginjal adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan atau matinya fungsi organ ginjal yang tiak lagi mampu bekerja secara optimal dalam menyaring pembunagan elektrolit tubuh, ketidakmampuan organ ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau saluran kandung kemih yang menyimpan urine. Selain itu, penyebab lainnya dari penyakit gagal ginjal umumnya dari konsumsi air mineral yang kurang dari jumlah kebutuhan tubuh akan cairan, banyak berkemih namun jarang konsumsi air mineral, sehingga membuat ginjal menjadi kering yang pada akhirnya hanya membuat kerusakan pada ginjal yang tidak mampu menyeimbangkan zat yang dalam tubuh.
Berdasarkan lansiran dari sebuah media elektronik, gagal ginjal berkaitan erat dengan akses sanitasi dan perilaku masyarakat yang tidak sehat yang berhubungan dengan air. Salah satu contohnya adalah kebiasaan masyarakat yang membuang air besar di sungai. Tentunya air jadi kotor sedangkan air itu juga digunakan buat mandi, buat nyuci. Selain itu jika melihat angka gagal ginjal di Indonesia tergolong cukup tinggi, pasalnya penderita gagal ginjal mencapai tiga juta orang. Di samping itu, salah satu badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan bahkan harsus mengeluarkan biaya sebesar Rp3,4 triliun untuk pengobatan gagal ginjal. Oleh sebab itu, ia mengingatkan agar masyarakat sadar akan pentingnya akses sanitasi yang layak sebagai salah satu langkah mencegah penyakit. “Selain pemenuhan nutrisi, lingkungan bersih dan rumah sehat, serta pembiayaan.” demikian ungkap Nila F Moeloek, selaku Menteri Kesehatan RI beberapa waktu lalu. vk | berbagai sumber