Dampak Gangguan Kecemasan
Written by rpkfm on 6 June 2016
Kini saatnya dunia kesehatan jiwa memberi perhatian yang lebih bagi gangguan kecemasan, karena menurut Global Review, gangguan dini sesungguhnya lebih luas dari apa yang kita pikirkan. Perempuan dan orang muda di bawah usia 35 tahun sangat mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan seperti ini. Perhatian dalam perkembangan atau pun penelitian yang diberikan bagi gangguan kecemasan ini bertujuan untuk mengetahui resiko yang terjadi bagi masyarakat yang paling berisiko.
Brain and Behavior Journal menyatakan saat ini 60 juta lebih orang di Eropa telah mengidap gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan di Eropa tersebut berdampak ke Amerika Utara. Namun kondisi tersebut justeru sebaliknya dengan kondisi orang-orang di Asia Timur. Pengaruh yang diberikan suatu wilayah luas terhadap wilayah lainnya menunjukan adanya saling mempengaruhi akibat dari gangguan kecemasan tersebut, sekali pun proporsi masalah orang yang menderita tersebut tidak berpindah tempat.
Olivia Remes dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Utama Universias Cambridge, memaparkan bahwa gangguan kecemasan sesungguhnya bisa membuat hidup bisa jadi lebih sulit.
“Sudah ada banyak yang fokus pada depresi,” ungkap Remes kepada BBC London. “Tetapi kecemasan sesungguhnya sama penting,” ujar Olivia lagi menambahkan.
Menurut Remes, kecemasan yang membuat jiwa menjadi lemah itu mengarah pada berkembangnya penyakit lain dan juga bisa meningkatkan risiko bunuh diri. “Terlebih lagi bila dihubungkan dengan tingginya biaya hidup,” tambah Remes mengingatkan.
Hal tersebut, menurut Remes, sangat penting bagi pelayanan kesehatan jiwa kita, terutama untuk memahami secara umum bagaimana mereka yang mengidap gangguan tersebut dan resikonya bagi orang lain. Gangguan kecemasan yang melingkupi rasa khawatir, ketakutan dan gelisah dalam waktu yang lama bahkan kian membesar, akan mengganggu keteraturan hidup sehari-hari siapa pun kita. Kondisi fisik akan terpengaruh terutama pada perubahan tekanan darah yang meningkat, rasa mual dan susah tidur.
Kondisi yang kerap menjadi masalah kesehatan mental ini sungguh membutuhkan diagnosis gangguan kecemasan. Kecenderungan umum, perempuan dua kali lipat lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dibanding laki-laki. Hal tersebut biasanya berkasitan dengan fluktuasi hormonal dan kebanyakan perempuan lebih rentan mengidap stres lantaran perempuan memilki beban tanggung jawab membesarkan dan merawat anak mereka. Orang-orang yang memiliki kondisi gangguan jiwa yang kronis, sangat beresiko termasuk memberikan beban tambahan ganda pada hidup keseharian mereka.
Stephen Buckley, pimpinan dari sebuah lembaga masyarakat pemerhati kesehatan mental mengatakan bahwa tidak perlu sungkan untu memeriksakan diri ke dokter jiwa untuk membantu pengurangan rasa cemas. “Itu penting untuk mencari bantuan sesegera mungkin,” ujar Buckley. Jadi, jika kita mengalami kecemasan yang berkepanjangan, segeralah berdiskusi dengan dokter jiwa agar kecemasan itu tidak mengganggu kemampuan kita dalam melakukan aktifitas keseharian kita.