Proses melahirkan adalah sebuah pengalaman yang paling ditunggu oleh semua perempuan di dunia karena dapat melahirkan seorang anak ke dunia dan akan menyandang status kebanggaan baru yaitu sebagai seorang ibu. Akan tetapi, pada umumnya, setelah mengalami pengalaman yang luar biasa ini, banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami yang namanya depresi pasca melahirkan atau postpartum depression.
Berbagai situasi bisa menjadi penyebab terjadinya depresi pasca melahirkan oleh seorang ibu, salah satunya dengan kematian seperti yang dialami oleh Nuryanayirah atau yang akrab dipanggil Yana, seorang survivor depresi pasca melahirkan di Program OBSESI segmen Klinik RPK FM, Kamis 14 Juli 2016 Pukul 10.00 WIB. “Terjadi setelah anak pertama meninggal, pada saat itu shock, tidak terima kenapa anak saya meninggal, abis dari situ saya suka nangis, meluk guling seakan itu bayi saya, suka dengar suara, belum bisa menerima kematian bayi saya.”
Gejala yang disampaikan oleh Yana tersebut adalah beberapa gejala yang muncul pada perempuan yang mengalami depresi pasca kelahiran. Selain itu juga, ada beberapa gejala yang dapat diperhatikan apabila, ketika melahirkan, sang ibu merasa ada hal yang kurang wajar terjadi pada dirinya;
Sulit untuk dekat dan akrab dengan bayi.
Terus-menerus merasa sedih dan menangis tanpa alasan jelas.
Mengabaikan diri sendiri, misalnya tidak mengganti baju atau mandi.
Kehilangan rasa humor dan minat pada hal yang selama ini disukai.
Terus-menerus merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi.
Suasana hati cepat berubah dan mudah tersinggung.
Kerap merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
Tidak percaya diri, merasa bersalah, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan berpikir untuk bunuh diri.
Sulit tidur.
Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan.
Dari apa dialami oleh Yana, proses penanganan depresi ini bisa dilakukan apabila, sang ibu tersebut mau membuka diri,”Harus menyadari, tidak menyangkal keadaan sekarang saya depresi, saya tidak bisa berpura-pura lagi sebagai ibu yang wajar, saya harus pergi mencari bantuan sesegara mungkin.” demikian tegas Yana. Yan juga menambahkan bahwa, keadaan yang dialami oleh ibu adalah keadaan yang harus dihadapi bersama secara keluarga, ”Saya tidak boleh memikirkan diri sendiri, tidak boleh egois, saya harus memikirkan bayi saya, suami saya, orang-orang yang menyayangi dan mensupport saya.” tandas Yana.
Proses penanganan pada kasus depresi pasca melahirkan memang membutuhkan dukungan dari semua pihak terlebih dari kelurga itu sendiri.
“Harus menghadapi bersama-sama dengan suami, tidak boleh sendirian, suami harus mendampingi juga.” demikian diceritakan Yana pada saat Yana berkonsultasi dengan seorang psikolog di dalam sebuah forum dukungan trauma.
Pada umumnya, sebenarnya depresi ini bisa dihindari asalkan tidak dibiarkan berlarut-larut. Dan berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan pada saat masa kehamilan untuk mencegah terjadinya depresi:
Pastikan beristirahat cukup.
Konsumsilah camilan di sela makanan utama. Kadar gula yang rendah dapat membuat perasaan sahabat RPK memburuk.
Olahraga ringan secara teratur.
Makan makanan sehat dengan gizi berimbang.
Hindari alkohol dan rokok.
Menjadi ibu yang realistis atautidak perlu bercita-cita menjadi ibu super yang melakukan segala hal dengan sempurna.
Jika memiliki masalah atau kekhawatiran, coba bicarakan dengan suami, rekan atau kerabat dekat.
Bertemu dan berbagi keluh kesah dengan sesama wanita hamil atau ibu lain akan meringankan beban.
Sebagai penutup, Yana juga mengingatkan kepada Sahabat RPK, bahwa untuk menjadi seorang ibu, harus bersiap menerima segala sesuatunya. “Menjadi seorang ibu itu tidak mudah karena banyak ekspektasi dari diri sendiri, ekspektasi dari lingkungan, saya harus begini saya harus begitu, tetapi ketika kenyataan itu ngga sesuai dengan rencana, apa yang sudah kita rencanakan, ya sudah terima saja, bahwa ini adalah bagian dari hidup saya.” Ditegaskan juga melalui pengalaman Yana, bahwa depresi adalah penyakit kejiwaan yang bisa disembuhkan, ‘‘Jangan merasa sendirian, jangan merasa sebagai ibu yang gagal dan sebagai sesama ibu sebaiknya saling mendukung satu sama lain.“ at