Awas Second Hand Smoke pada Balita!
Written by rpkfm on 18 May 2017
Dalam sebatang rokok banyak kandungan zat yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Semua zat yang berbahaya itu dapat menimbulkan gangguan kesehatan secara serius, dan gangguan kesehatan pada pernafasan hanya salah satu gangguan kesehatan yang mengawali saja. Karena dari pernafasan yang terganggu, selanjutnya akan mengganggu denyut jantung. Denyut jantung yang terganggu juga akan mengganggu peredaran darah dan seterusnya dan seterusnya. Semua gangguan itu akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berat bahkan kelumpuhan hingga akhirnya kematian.
Setiap manusi akan mengalami kematian, namun gangguan ini bukan hanya mengganggu kesehatan si perokok, tapi juga anggota keluarga yang menanggung beban kehidupan dan pembiayaan pengobatan dan segala penderitaan lainnya. Dan pada saat merokok pun, sebenarnya terpaan gangguan kepada selain si perokok juga terjadi. Mereka yang tidak merokok, secara langsung menghirup asap rokok dari si perokok, dan dalam kesehatan masyarakat mereka ini dikenal dengan sebutan perokok pasif. Jadi kegiatan si perokok, benar-benar mengancam kehidupan perokok dan bukan perokok di negeri ini
Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Rikesda tahun 2010 menunjukan bahwa, prevalensi perokok di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 31,6% dan saat itu, didapati fakta bahwa sebanyak 66,1% penduduk masih merokok di dalam rumah. Hal ini sangat menkhawatirkan, mengingat anggota keluarga yang ada di dalam rumah kebanyaka adalah manusia berusia lanjut dan dan anak-anak bahkan balita. Anggota-anggota keluarga yang rentan dengan gangguan kesehatan itu rupanya telah sejak lama terancam hidupnya di rumah sendiri. Paparan asap rokok yang pasti menggangguan fungsi paru itu berdampak second hand smoke pada anak dan balita.
Dan sudah pasti, korban dari si perokok pasif di dalam rumah yang kebanyakan sulit menghindar adalah balita. Dan bayi yang berusia kurang dari 33 bulan ternyata lebih beresiko 0,831 kali untuk mengalami gangguan saluran nafas. “frekuensi balita yang terkena gangguan asap rokok mengalami peningkatan sebesar 98,7 %,” demikian ungkap Septian Emma Dwi Jatmika S.Ked., M.Kes, Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Hal ini disampaikannya pada acara The 4th Indonesia Conference On Tbacoo Or Health” di Gedung Balai Kartini lantai 2, Ruang Cempaka, pada hari Senin 15 Mei 2017 yang lalu.
Menurut Septian, paparan asap rokok baik prental maupun pascanatal dapat mempengaruhi morfogenesis paru maupun perkembangan imunologis anak. Oleh sebab itu sangat jelas bahwa rokok sangat mengancam kehidupan generasi mendatang di Indonesia. Dan dalam menyadari hal ini, Indonesia saat ini perlu melakukan inovasi yang menjawab tantangan paparan rokok pada generasi mendatang, demi pengurangan paparan asap rokok baik di dalam rumah atau pun di ruang-ruang publik dengan strategi yang tepat, “Agar dapat mengurangi kejaidan second hand smoke pada balita,” begitu Septian memaparkan.