John Palinggi : Perlu Ada Pembentukan Fighting Spirit di Kurikulum Pendidikan
Written by rpkfm on 23 May 2017
Memperbaiki sebuah kehidupan bangsa akan lebih baik jika diawali dari sebuah proses pendidikan, baik itu pendidikan formal mau pun informal. Pada lintasan proses pendidikan formal sendiri. Indonesia spertinya harus melakukan pembenahan yang lebih baik dengan mengarah pada berbagai aspek, khususnya pada sistem pendidikan nasional.”Karena pada saat ini sistem pendidikan hanya mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi Ujian Nasional saja,” demikian DR. John Palinggi MM, MBA. Efektivitas pendidikan harus negara ini harus
Ia juga memaparkan bagaimana peserta didik di Indonesia saat ini hanya dibuat menghafal suatu materi pelajaran dari sebuah buku, lalu para murid berkewajiban membeli buku yang harus dihafal tersebut. “kemudian buku dijadikan proyek nasional, dan menghafalah dia,” demikian Palinggi menyentil tentang situasi proses pendidikan pada umumnya. “Pada saat dia lupa menghafal, dia nyontek,” tambahnya lagi, menggambarkan kebanyakan peserta didik saat ini, dalam kurikulum pendidikan yang ada. Pengajar informal bidang ekonomi di beberapa lembaga-lembaga kepemudaan ini mengatakan bahwa peserta didik saat ini hanya terbentuk sebagai pribadi yang mampu mengatasi peroses jenjang pendidikan, dan tidak membentuk pribadi yang mampu menjawab berbagai masalah hidup.
Maka efektivitas pendidikan harus dirubah “Latih mereka mengenai fighting spiritnya,” ungkap Palinggi, mengajukan usulan. Selain itu Palinggi juga mengajukan adanya didikan yang melatih peserta didik untuk menumbuhkan rasa hormat pada orang tua. Ia berharap bahwa kurikulum pendidikan dapat berubah, menjadi kurikulum yang benar-benar memuat tentang bagaimana peserta didik, memperoleh didikan untuk memiliki rasa menghargai agamaanya, “Untuk menghargai agama lain,” demikian papar Palinggi. Selain itu juga Palinggi mengidamkan adanya sistem pendidikan yang membentuk peserta didik, sekali pun harus mengalami drop out, namun si peserta didik tetap memilki kapasitas untuk bekerja, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk merealisasikan kondisi pendidikan seperti itu, dibutuhkan niat negara yang tulus untuk menyelenggarakan pendidikan yang membentuk peserta didik menjadi pribadi terdidik dan bukan pribadi yang seperti benalu. Pengajar bidang enterpreneurship ini juga mengatakan bahwa kwalitas pendidikan tidak tergantung pada mahal atau murahnya biaya pendidikan. Semua tergantung dari niat penyelenggara pendidikan, baik itu pemerintah daerah sebagai kepanjangan tangan pemerintahan pusat, atau pun juga pihak penyelenggara pendidikan swasta. Penyelenggara juga harus memperhatikan para peserta didik, bukan hanya dalam hal berahlak. “Betul berahlak, namun juga harus membentuk fighting spiritnya yang lebih kuat!” Demikian Palinggi menekankan pesannya bagi sistem pendidikan.
Kontributor : Agus Riyanto Panjaitan