Menuju Ketersediaan 5 Juta Kantung Darah
Written by rpkfm on 12 July 2017
Berdasarkan standar WHO, jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sekitar 5,1 juta kantong darah per tahun. Andai jumlah kebutuhan minimal ini terpenuhi, niscaya angka kematian ibu hamil dan melahirkan karena perdarahan bisa ditekan. Di Indonesia, berdasarkan data rutin kesehatan ibu dan anak tahun 2016, 28% penyebab kematian ibu adalah pendarahan.
Direktur Pelayanan Kesehatan Primer di Kementerian Kesehatan drg. Saraswati mengatakan sejauh ini Indonesia baru menyanggupi sekitar 4 juta kantong darah per tahun. “Kendalanya, misalnya, sekian banyak warga di pedesaan tak terjangkau untuk ikut ambil bagian dalam aksi donor darah. di sisi lain, tak sedikit pula anggota masyarakat kita yang tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya,” jelas Saraswati dalam sesi Klinik RPK FM di Program Obsesi edisi Rabu, 12 Juli 2017.
Saraswati menjelaskan ketersediaan darah berasal dari unit transfusi darah yang ada di rumah-rumah sakit atau puskesmas (sekitar 40 persen) dan dari unit bergerak seperti aksi donor darah di instansi-instansi pemerintahan dan swasta serta area publik.
“Saat ini kami membuat program kerja sama antara Puskesmas, unit transfusi darah (UTD) dan rumah sakit dalam pelayanan darah untuk menurunkan angka kematian ibu. Program tersebut dibentuk untuk menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, melahirkan, dan nifas,” tambah Saraswati.
Saat ini sebanyak 2.394 Puskesmas melalui 123 Dinas Kesehatan kabupaten/kota telah menandatangani nota kesepahaman dengan UTD dan Rumah Sakit.
Selain bagi ibu hamil dan melahirkan, ketersediaan darah pun dibutuhkan bagi pasien-pasien yang memang rutin membutuhkan donasi darah seperti penyandang thalasemia dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah serta beberapa penyakit keganasan yang sewaktu-waktu membutuhkan darah.
Saraswati mengharapkan ke depan peran masyarakat semakin meningkat sebagai upaya untuk memenuhi ketersediaan darah karena tak bisa dipungkiri ketersediaan darah di sarana kesehatan sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darahnya. “Kami kampanye ke berbagai sekolah dan banyak tempat untuk mengajak orang-orang mau mengikuti donor darah,” kata Saras. (rik)