Anda Hobby Sepakbola? Waspada Cedera Otak!
Written by Daniel Tanamal on 17 October 2017
Siapapun dapat mengalami cedera otak, jika mengalami benturan. Tidak terkecuali dalam olahraga sepakbola dan olahraga sejenis lainnya, dimana terdapat olah fisik yang riskan terjadinya benturan.
Terutama di sepakbola, telah beberapa kali insiden benturan antara pemain, berakibat fatal. Terakhir adalah kiper Persela Lamongan, Choirul Huda yang meninggal, usai terkena benturan keras antar sesama pemain dalam sebuah pertandingan di Lamongan, Minggu (15/10/2017).
Choirul meninggal usai mendapatkan perawatan serius, dari pihak kedokteran, Choirul mengalami istilah medis yang disebut henti napas atau henti jantung yang mengakibatkan kematian. Spesialis bedah saraf dari Comprehensive Brain and Spine Center (CBSC) Indonesia dr Gigih Pramono, SpBS, menjelaskan mengenai cedera otak pada pemain sepak bola.
Menurutnya, cedera saat benturan yang terjadi pertama kali, otak akan mengalami beberapa gangguan, seperti gangguan pengaturan aliran darah otak. Kemudian bengkak otak, yang pada akhirnya akan memengaruhi ketahanan otak.
“Maka, bila terjadi cedera kepala berikutnya (second impact), otak lebih rentan untuk terjadi kerusakan, berupa perdarahan otak juga luka jaringan otak,” katanya dirilis, Health Liputan6.com, Selasa (17/10/2017).
Siapapun pemain sepak bola yang mengalami benturan, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan kepala. Dokter Gigih menyarankan, pemain melakukan pemeriksaan CT scan atau MRI (Magnetic resonance imaging).
Hasil pemeriksaan untuk meminimalkan kejadian cedera kepala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, pemeriksaan yang ada bisa menjadi pertimbangan yang baik, apakah pemain tetap diizinkan ikut kompetisi atau tidak.
Gejala cedera otak akibat benturan berupa gegar otak (concussion) ringan, yaitu gangguan fungsi otak sementara. Kondisi ini bisa disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, pusing, mual, dan muntah.
Bahkan gejala yang lebih berat juga bisa terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam ruang kepala, seperti, penurunan kesadaran, gangguan napas hingga henti napas.