Perhatian Kualitas Program Siaran Anak di Televisi Dinilai Masih Minim
Written by Daniel Tanamal on 21 December 2017
Bekerja sama dengan Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yayasan Pengembangan Media Anak pada tahun 2017 telah melakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas program tv untuk anak.
“Sebagai masukan kepada KPI dalam mereka menentukan atau mengevaluasi stasiun-stasiun televisi yang akan memperpanjang izinnya,” demikian papar Drs. Bobi Guntarto, MA dari YPMA.
Menurutnya hasil penelitian awal menunjukan bahwa 60 persen penayangan di televisi tahun 2016 yang lalu di Indonesia masuk dalam kategori tidak aman. Nah bagaimana dengan hasil penelitian lanjutan di tahun 2017?
Kategori aman adalah bila tayangan tersebut disaksikan oleh anak, anak bisa belajar banyak pada hal-hal yang positif. Dan kategori tidak aman adalah, adanya kandungan yang tidak mendidik dengan baik, dan tentunya perlu diperhatikan oleh orang tua.
Dan hal-hal yang perlu diperhatikan itu adalah kandungan kata-kata kasar dan berbagai tindakan kekerasan yang bisa ditiru oleh anak. Dan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 40 persen masuk dalam kategori aman dan sisanya tidak aman. Maka pada penelitian di tahun 2017. Dilakukan penelitian lanjutan terhadap 26 acara televisi untuk anak yang tayang pada tahun 2017.
Dari hasil penelitian lanjutan itu menyebutkan bahwa dari 26 program tayangan anak, ada 15 acara yang masuk pada kategori aman. Sedangkan 11 acaranya masuk dalam kategori aman dan tidak aman. “Tidak aman terdiri dari kategori bahaya dan hati-hati,” demikian ujar pria yang akrab disapa Mas Gun.
Gun juga menceritakan bagaimana setelah penelitian ini selesai, ia dapat mengetahui dengan mudah kuaalitas program tayang anak. Kualitas program untuk anak yang seharusnya menurut Gun adalah program yang memiliki karakter utama yang memiliki perbuatan-perbuatan positif. “Perbuatan yang benar yang bisa menjadi teladan,” begitu Gun mengisahkan.
Sedangkan untuk suatu tokoh yang berperilaku buruk, harus juga ditunjukan konsekwensi dari karakter berbuat buruk. “Sehingga anak tahu mana yang baik, mana yang buruk.”
(Argopandoyo)