Klarifikasi Acara di Monas, GMDM dan Pionir Nyatakan Bukan Panitia
Written by Daniel Tanamal on 7 May 2018
Ketua Umum Garda Mencegah Dan Mengobati (GMDM) Jefri Tambayong bersama Pemuda Indonesia Bersinar terus (PIONIR) mengklarifikasi acara” Untukmu Indonesia” di Monas akhir bulan April lalu yang banyak menuai kontroversi di media sosial akibat beberapa kejadian, termasuk meninggalnya dua orang bocah saat acara pembagian sembako.
Dalam konferensi pers yang dilakukan di Ruang Diklat GMDM, Kamis (3/5/2018), Jefri menyatakan bahwa mereka bukanlah panitia penyelenggara. “Kami dalam acara tersebut diundang untuk acara Kebangsaan NKRI yaitu Perang Terhadap Narkoba.
Makanya saya berinisiatif untuk mengumpulkan kurang lebih 200 organisasi untuk menyatakan Perang Terhadap Narkoba. Diantaranya dari Bikers, Organ Kemasyarakatan, Masyarakat Adat, RT/RW, Ojek Online dan organisasi lainnya seperti KNPI dan anak-anak muda yang tergabung dalam Pionir, Pemuda Indonesia Bersinar,” katanya.
Hal yang sama disampaikan oleh Sekjen Pionir, Richard Nayoan. Dirinya mengatakan bahwa Pionir mengikuti acara tersebut sebagai salah satu pengisi saja dan fokus untuk sesi deklarasi anti-narkoba. “Menyikapi beberapa medis sosial yang sejujurnya menyerang Pionir, karena kami dianggap penyelenggara acara.
Saya ibaratkan seperti dalam satu pesta pernikahan, kita diundang untuk mengisi acara nyanyi, terjadi apa-apa (kejadian) dalam pernikahan, apakah penyanyi yang disalahkan atau penyelenggara? Jadi kategori kami pionir itu hanya sekedar pengisi acara, bukan panitia. Kenapa kami mendukung acara itu? Karena satu konten acara yaitu satu visi dengan kami yaitu mewujudkan Indonesia Bersinar, salahsatunya deklarasi Anti Narkoba,” ujar Richard.
Belasungkawa untuk korban
Dalam kesempatan ini Jefri juga menyayangkan adanya korban jiwa, dan menerangkan hal itu tentu menjadi pelajaran berharga untuk semuanya. “Kami tidak mau menyalahkan siapapun , karena panasnya sangat terik, beberapa kali saya bahkan hampir pingsan, saya bisa mengerti kesulitan di lapangan yang diluar dugaan. Kami tidak masuk dalam ranah menjelaskan detail acara dan kejadiannya. Kami pun menyatakan turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban, dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dan menjadi pelajaran yang mahal bagi penyelenggara,” tambah Jefri.
Isu Kristenisasi
Mengenai isu adanya kristenisasi yang dilakukan selama acara berlangsung, Jefri menyatakan bahwa dirinya tidak melihat adanya usaha atau praktek seperti yang diisukan. “Dalam pengamatan saya, saya sih nggak melihat hal itu ya? Saya tidak melihat, cobalah kalau memang ada data. Hari itu ada yang pindah agama atau murtad? Bagi saya kongkrit saja, satu saja ada tidak, data yang murtad? Saya di Keluarga, saya Kristen, adik saya ada yang Islam, apakah kami akrab? Ohh sangat akrab, karena kami diajarkan di Keluarga harus Bhineka Tunggal Ika.
Sementara itu Yudi Novandi dari Barisan Benteng Raya Pajajaran, salah satu organisasi yang ikut dalam acara itu menyatakan hal yang sama. “Waktu itu, saya boleh jadi saksi, tidak ada Kristenisasi. Kalaupun ada yang berdoa, itu hak mereka, karena jadwalnya pun waktunya mereka berdoa setelah seusai magrib. Dan kami hanya mengikuti deklarasi anti narkoba saja, dan hanya sampai sore saja, karena kami harus menjaga ketua kami. Itu saja.
Hal yang sama ditegaskan oleh perwakilan dari Betawi Ningrat Comunnity, Ade. “Untuk menjawab hal ini. 29 tahun yang lalu, ayah saya melahirkan saya secara muslim, dan lima tahun yang lalu saya bergabung dengan GMDM, yang mayoritas Kristen, kalau saya mau murtad, dari lima tahun yang lalu saja saya murtad. Disini saya buktikan tidak ada pemurtadan, karena saya mengawal ketua, saya hadir memakai peci (sambil memperlihatkan foto di gadgetnya).”