Vape, Celah Merokok buat Kaum Muda Bali
Written by rpkfm on 29 April 2019
Pemerintah Provinsi Bali mengkhawatirkan keberadaan vape (rokok elektrik) dapat menjadi celah merokok buat kaum muda di Pulau Dewata itu. Hal ini menjadi tantangan di tahap selanjutnya mengingat hingga kini pemerintah berhasil menekan konsumsi tembakau hisap (rokok) di Bali.
“Ini belum ada aturan yang jelas. Dikhawatirkan juga karena daya tarik nya asyik bisa menarik keinginan remaja untuk merokok vape,” ujar Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat Temu Media Ekspose Pembangunan di Bali.
Namun Tjokorda optimistis dengan gencarnya sosialisasi , keinginan remaja untuk merokok, juga merokok secara elektrik dapat diatasi. Selama ini, sosialisasi untuk tidak merokok dilakukan melalui Posyandu Remaja. Ditambah dengan larangan iklan rokok di luar ruang.
“Pemerintah daerah memberlakukan larangan untuk iklan rokok. Di Denpasar sudah tidak ada iklan rokok. Kalau kita melihat Satpol PP setiap bulan ada tindak pidana ringan pada bagi yang merokok di KTR,” kata Tjokorda.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan pemerintah Bali maupun kabupaten/kota memiliki komitmen tinggi dalam pengendalian tembakau. Komitmen itu dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Bali nomor 10 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diikuti kabupaten/kota.
“Saat ini seluruh kabupaten/kota punya KTR. Kami mengatur wilayah-wilayah tidak boleh ada aspa rokok,” kata Ketut Suarjaya.
Berdasarkan hasil pantauan Radio Pelita Kasih FM Jakarta (RPKFM) selama di Bali, memang tidak dijumpai iklan rokok di luar ruang, baik di billboard, spanduk maupun sarana lainnya. Lebih lanjut, Suarjaya mengatakan bahwa upaya pencegahan pada remaja juga dilakukan dengan sosialisasi dan promosi kesehatan yang menyasar komunitas-komunitas.
Sejumlah pelajar dari SMKN 5 Denpasar yang sempat diwawancarai RPKFM juga mengaku bahwa sekolah mereka tengah mengedepankan aksi hidup sehat sejak dini, salah satunya menghindari rokok.
“Merokok itu sama sekali tidak keren,” kata Made, pelajar kelas XI.
Hasilnya prevalensi konsumsi tembakau hisap dan kunyah usia di atas 15 tahun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Bali menurun. Riskesdas 2013 jumlah konsumsi tembakau hisap dan kunyah sebesar 36,3%, sementara Riskesdas 2018 menjadi 33,8%.