Intoleransi Meluas, Pramuka lakukan evaluasi.
Written by rpkfm on 15 January 2020
Kwartir Nasional (Kwarnas) yang merupakan satuan organisasi yang mengelola Gerakan Pramuka Nasional dikejutkan dengan adanya kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan (KML) di Yogyakarta yang mengajarkan tepuk dan yel-yel pramuka yang tidak sesuai. “Islam Islam yes, kafir kafir no” itu adalah sepenggal kalimat yang diajarkan oleh seorang pembina pramuka ber inisial E kepada murid murid di SD N Timuran dalam tangkapan layar salah satu wali murid melalui aplikasi Whatsapp.
“Pertama – tama Kwartir Nasional menyesalkan terjadinya peristiwa itu, yang kedua Kwartir Nasional berterimakasih kepada warga DIY dan Pak Walikota yang selaku ketua majelis pembimbing cabang kota DIY yang turun langsung menangani kasus itu, yang ketiga saya mau kasih tau itu bukan tepuk pramuka, karena tepuk pramuka itu konsepnya 3,3,7 (dalam bentuk tepukan tangan) . Persoalannya ini adalah di salah satu SD di kota Jogjakarta, mereka kedatangan pembina pramuka yang masih dalam masa praktik lapangan dan masih akan diselidiki oleh kwarcab (kwartir cabang) Yogyakarta. Ungkap Wakil Ketua/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Berthold DH Sinaulan, melalui program Netizen United di RPK FM.
Dikarenakan pramuka adalah salah satu benteng pencegah sikap intoleransi. Kedepannya kita sebagai masyarakat Indonesia diharapkan sama sama mengawal dan membangun kegiatan pramuka untuk menjadi lebih baik lagi.
“Selaku peserta kursus harus berhenti. Yang kedua saya sarankan untuk tidak diluluskan. Kalau kemudian ada isu SARA dimunculkan di pramuka yang bukan menjadi materi. Artinya tidak paham materi. Maka selayaknya dia dinyatakan tidak lulus.” Ungkap Edy Heri Suasana, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).