Pascasarjana UKI Selenggarakan International Symposium In Religious Education

Jakarta, RPKFM – Program Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) menyelenggarakan International Symposium In Religious Education sebagai salah satu bagian kerjasama dengan Polytechnic University of the Philippines (PUP). Simposium ini dilaksanakan secara daring, Senin (29/05/2023).

Menghadirkan pembicara Dr. Halim Wiryadinata, BA., M.Th., M.M. (UKI), Hadje Cresencio Sadje, Ph.D (cand.) (University of Vienna Austria), Ms. Glovedi Joy L. Bigornia, Ph.D (cand.) (Global Institute of Theology, Yonsei University, South Korea, dimoderatori oleh Mark Rompies, S.Si (UKI), dan dibuka secara langsung oleh Prof. Dr. Bernadetha Nadeak, M.Pd.,PA, Direktur Program Pascasarjana UKI.

“Pelaksanaan simposium, sebagai bentuk kerjasama dengan Universitas Politeknik Filipina ini kami harapkan berjalan lancar dan berkelanjutan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas universitas, terutama bagi program pascasarjana. Semoga kegiatan ini berkontribusi untuk pemahaman bagi kita dan untuk semuanya yang mengikutinya,” kata Prof. Dr. Bernadetha Nadeak.

Berbicara sebagai narasumber pertama, Dr. Halim Wiryadinata, BA., M.Th., M.M, memaparkan perubahan dan hubungan diantara pendidikan dan ekonomi dalam perkembangan dunia digital yang begitu massif. Dr. Halim menyodorkan satu pertanyaan sebagai pemikiran bersama yang harus dijawab yaitu, apakah pendidikan hari ini masih memanusiakan manusia?

“Kehadiran teknologi saat ini merubah pendidikan. Saya mau mengatakan bahwa, pendidikan saat ini menjadi dinding ekonomi, dan pendidikan masih memegang nilai tertinggi dalam point of view. Dimana perubahan yang terjadi didalam pendidikan, masih memanusiakan manusia. Pergeseran pendidikan saat ini, masih berfokus pada SDM untuk bisa beradaptasi pada pekerjaan. Saat ini, pergeseran mode pendidikan tadi, atau pendidikan agama tadi, selalu berubah secara dinamis,” ungkapnya.

Sementara itu, Hadje Cresencio Sadje, Ph.D (cand.) memaparkan materi tentang kolonisasi pendidikan, terkait dengan tren yang terjadi di abad ini. Kuatnya pengaruh pendidikan dunia barat, terutama adanya gerakan white supremacist dalam dunia pendidikan.

“Saat ini pendidikan, terkait dunia barat, sangat mempengaruhi diskursus pendidikan di dunia. Didalam lima abad terakhir, para ilmuwan banyak berpendapat terjadi perubahan terkait pertanyaan dan perspektif didalam pengajaran. Adanya white supremacist dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan kritik, tentang adanya pengaruh ini. Pada kondisi ini mereka mengharapkan pendekatan yang lebih plural terhadap penerapan nilai pendidikan agama Kristen,” tambahnya.

Narasumber ketiga, Ms. Glovedi Joy L. Bigornia, Ph.D (cand.) menunjukan bahwa terjadi banyak pergeseran dan adaptasi yang baru pada saat pandemi terjadi. Salah satu yang disorotinya adalah ketidakadilan gender yang terjadi, namun tidak banyak terungkap, sehingga memperpanjang ketidakadilan tersebut. Memunculkan pertanyaan, dimana dan bagaimana nilai pendidikan Kristen dapat diterapkan pada konteks realitas semacam ini?

“Pandemi Covid ini telah menunjukan ketidakmampuan institusi dan masyarakat dalam menangani dan merespon krisis sosial termasuk membuat ketidakadilan gender menjadi buruk. Jika melihat lebih dekat dampak sosial ini memperlihatkan ketidakadilan gender hingga ketimpangan sistemik. Lalu pertanyaannya, apa artinya didikan Kristen, ditengah penyakit sosial yang semakin menggerogoti kehidupan ini? Inilah letak tantangan kita, tentu dengan menerjemahkannya (Nilai Kekristenan) dengan lebih baik,” jelasnya.

Diakhir acara, kesimpulan simposium adalah; nilai dari pendidikan Kristen tetap harus kita terapkan dan tunjukkan, terutama dalam situasi dimana orang lain membutuhkan jawaban dan solusi dari ketidakadilan yang dirasakan. Meskipun pada beberapa aspek, nilai pendidikan ini telah bergeser, namun kebersamaan menjadi sangat penting untuk menunjukan cinta Tuhan Yesus pada dunia, mengikuti apa yang Tuhan lakukan untuk dunia, dan kita menjadi saksiNya dan terang atas dunia.