Pusat Studi Gender UKI Perkuat Sikap Positif Perempuan dan Laki-Laki Kristen dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat

Written by on 16 August 2023

Universitas Kristen Indonesia (UKI) melalui Pusat Studi Gender melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan tema “Penguatan Sikap Positif Perempuan dan Laki-Laki Kristen dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat: Keharmonisan Keluarga dan Pelayanan”. Pelaksanaan PkM di Gereja HKBP Sola Gratia Kayu Mas Jakarta Timur pada Jumat, 25 Agustus 2023.

Kegiatan dihadiri oleh 80 peserta yang terdiri dari orang tua dan dilakukan karena kekhawatiran orang tua di era digital ini.

Pendeta gereja HKBP Sola Gratia Kayu Mas, Kaminter Sihombing, S.Th dalam sambutannya mengatakan pentingnya kegiatan ini untuk mengetahui pengasuhan orang tua terhadap anak, dan bagaimana persekutuan jemaat dalam gereja. “Melalui kegiatan ini kita bisa mengetahui cara mengatasi perbedaan pendapat dan menjalankan keputusan yang telah dibuat bersama dalam rapat-rapat gereja,” ujar Pendeta Kaminter.

Demikian juga Ketua Pusat Studi Gender UKI, Dr. Audra Jovani, MPS mengatakan Pusat Studi Gender memiliki visi menjadi wadah yang membawa perempuan Indonesia menjadi perempuan yang kuat, mandiri dan bermartabat (Amsal 31:17-23), termasuk perempuan dalam keluarga, gereja dan masyarakat di Gereja HKBP Sola Gratia Kayu mas.

Kegiatan diawali oleh Dr. Helen Diana Vida, M.I.Kom (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisipol UKI) yang menjelaskan topik “Penguatan Sikap Positif Perempuan dan Laki-Laki Kristen dalam Rumah”.

“Tujuan pernikahan Kristen adalah agar bertumbuh secara karakter sehingga serupa dengan karakter Kristus. Salah satu bentuk pertumbuhan yang dimaksud adalah bagaimana menyadari peran suami maupun istri. Peran suami dalam rumah adalah sebagai kepala keluarga dan peran istri sebagai tiang doa. Untuk menjalankan peran tersebut perlu sikap postif dalam keluarga, yaitu jujur, selalu bersyukur, kerja sama, rela berkorban, saling menghargai dan saling percaya. Agar memiliki sikap positif dalam keluarga, masing-masing anggota keluarga perlu menggali potensi diri dan membangun kepercayaan diri yang baik,”ujar Doktor Helen Diana Vida.

Evi Deliviana, M.Psi, sebagai psikolog (Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP UKI) menjelaskan topik “Parenting di Era Digital”. Kemajuan teknologi bisa menjadi kawan sekaligus lawan bagi keluarga.

Evi Deliviana mengingatkan peserta agar agar kemajuan teknologi bisa menjadi kawan bagi keluarga. “Pertama orangtua perlu secara rutin memiliki waktu refleksi diri mengenai apakah sudah memberikan contoh yang tepat bagi anak mengenai penggunaan teknologi, apakah orangtua sudah terlibat dalam perjalanan digital anak atau malah membiarkan anak mengeksplorasi tanpa pendampingan,” katanya.

“Waktu rekfleksi ini dapat mengarahkan orangtua untuk selalu belajar memperbaiki pola pengasuhan dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Kedua, pentingnya “aturan main” dalam keluarga mengenai penggunaan teknologi terhubung internet. Aturan ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga, sehingga tidak ada anggota keluarga yang dibatasi sendirian,”kata Evi Deliviana yang juga merupakan Kepala UPT Golden Kids UKI.

“Ketiga, penerapan prinsip pengasuhan positif seperti memelihara, memberdayakan, membimbing, mengakui hak-hak anak sebagai individu serta menetapkan batas-batas yang dibutuhkan anak. Keempat, iman, pengharapan, dan kasih menjadi pondasi keluarga Kristen dalam mengasuh anak di era digital, sehingga terbangun komunikasi positif dan kelekatan yang aman antara orangtua dengan anak,” tambah Evi.

Narasumber berikutnya, Pdt.Dra. Esther Rela Intarti, M.Th (dosen Pendidikan Agama Kristen FKIP UKI) yang membawakan topik “Persatuan dan Persekutuan dalam Gereja”. Pendeta Esther menjelaskan persatuan dan persekutuan merupakan syarat mutlak untuk pertumbuhan dalam mewujudkan dan merespons panggilan Tuhan dalam bergereja dengan tri tugas panggilan gereja yaitu koinonia,diakonia dan marturia.

“Panggilan untuk berkoinonia/bersekutu perlu dilihat dalam tujuan bergereja yang terus bertumbuh sehingga perlu mengesampingkan masing-masing ego demi persatuan dan persekutuan,”ujar Pendeta Esther.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Chontina Siahaan, M.Si memaparkan topik “Komunikasi: Kunci Sukses Keharmonisan dalam Keluarga”.

“Semua kegiatan atau aktivitas dalam keluarga, perlu dikomunikasikan supaya di antara orang tua dan anak saling memahami peran masing-masing. Sering terjadi miskomunikasi yang berujung konflik di dalam rumah tangga hanya karena tidak dikomunikasikan dengan baik. Misalnya diantara bapak dan ibu, ibu dan anak, bapak dan anak yang masing-masing berperilaku yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diinginkan,” kata Prof. Chontina yang merupakan Guru Besar Ilmu Komunikasi UKI

“Oleh karena itu, untuk menghindari konflik di dalam rumah, sebaiknya dibicarakan bersama untuk mencari solusinya. Orang tua mendengar masukan dari anak dan anakpun harus mematuhi orang tua. Orang tua menjadi model atau panutan di rumah sehingga anak bisa meniru dan melakukan apa yang dilihat. Serta anak dapat memahami apa yang dikomunikasikan orang tua,” ujar Prof. Chontina.
“Supaya tercipta keharmonisan keluarga, harus ada perhatian dari orang tua dengan berinteraksi setiap saat, saling memberi solusi, menghormati privasi dan pemberian apresiasi,”tambahnya.

Peserta kegiatan ini sangat antusias dalam tanya jawab yang dimoderatori oleh Elferida Sormin, M.Pd (Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UKI) dengan fasilitator Formas Juitan Lase, M.I.Kom (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisipol UKI), Dewi Sulistyowati, M.Hum (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin FKIP UKI), Siona Geraldine (mahasiswa Ilmu Komunikasi) dan Van Vollenhoven (mahasiswa Ilmu Politik). Kegiatan ini ditutup dengan pemberian tanda kasih, doa penutup dan foto bersama.


Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


RPK FM

Education & Infotainment Station

Current track
TITLE
ARTIST

Positive SSL