Peran Swasta bagi ODGJ
Written by Argopandoyo Tri Hanggono on 12 January 2018
Swadaya masyarakat dalam melayani kesehatan bagi masyarakat terutama kesehatan jiwa ternyata telah lama bergulir. Demikianlah Panti Galuh yang telah memberikan peranananya sejak tahun 1982 sebagai tempat pembinaan bagi masyarakat sebagai ODGJ. Nina Mardiani mengatakan Panti Galuh yang berdiri di atas lahan 400 meter ini menampung sebanyak 416 ODGJ. Peserta bina di Panti Galuh memang banyak menggunakan tenaga relawan dari masyarakat yang memiliki hati untuk membantu melayani. Dalam tahun-tahun pelayanan tersebut, kesulitan yang dihadapi Panti Galuh adalah kebutuhan dasarnya seperti mencukupi kebutuhan makan.
Namun semangat membantu dan menyembuhkan para ODGJ tidak terbendung lagi. Nina mengatakan sejak kegiatan pagi peserta bina itu sangat manusiawi. Sejak bangun pagi hari, yang muslim melaksanakan ibadah shalat subuh, kemudian ada kegiatan olahraga di pagi hari. “Tiap pagi itu ada water treatment,” begitu ungkapnya tentang bagaimana peserta bina wajib meminum air putih sebelum beraktifitas. “Harus! itu ‘kan bagus bagi kegiatan mereka,” demikian lanjutnya menjelaskan. Kemandirian untuk membantu pemerintah melakukan proses penyembuhan bagi masyarakat sebagai ODGJ memang tidak mudah.
Misalnya dalam hal yang tama yaitu proses penyembuhan, yang tentu membutuhkan obat-obatan yang sampai saat ini baru donatur yang yang menyuplainya. “Kalau dari pemerintah belum ada,” demikian ungkap Nina. Namun demikian bila untuk observasi obat-obatan, Panti Bina Galuh bekerja sama dengan Yayasan Bina Laras. “Kita sedang berupaya bagaimana caranya dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi untuk meng-cover obatnya,” begitu Nina menjelaskan tentang upaya yang dilakukan Panti Galuh. Dan sejauh ini untuk pengobatan dalam gangguan kesehatan fisik, sampai saat ini tidak menemui gangguan.
Nina juga mengakui dalam menangani peserta didik, kadang-kadang bisa terjadi hal yang dikategorikan sebagai hal buruk, khususnya bila kondisinya masih sulit untuk mengukuti kegiatan. Dan seperti tim medis atau aktifis pemerhati ODGJ, Nina mengatakan agar masyarakat tidak perlu takut dengan ODGJ, “Sama seperti kita, mereka butuh kasih sayang, butuh diajak ngobrol,” begitu kata Nina. Pada suatu kondisi keluarga yang memiliki anggota sebagai ODGJ, Nina meminta agar tidak terlalu cepat menitipkan pada panti-panti yang ada. “Antar mereka berobat,” begitu harapnya.
Karena menurutnya, ODGJ sebenarnya juga memiliki kompetensi yang sama dengan kebanyak orang yang tidak mengalami gangguan. “Di antara kekurangan mereka ada kelebihannya,” ungkap Nina. Dan bagi panti-panti swasta Nina mengingatkan untuk memberi asupan obat dengan baik. Coba mulai melihat bagaimana etiap panti swasta yang ada belajar untuk membuka mata dan hati terhadap program pemerintah dalam hal pengobatan. Demikian juga dengan pemerintah, Nina meminta agar tidak berhenti mendukung kegiatan panti-panti swasta terutama dalam hal kebutuhan dasar, “Makanan, juga obat-obatan,” begitu ujarnya