Rajut Persatuan, Tokoh Muslim Berikan Kuliah Umum di Kampus Teologi
Written by Daniel Tanamal on 30 January 2020
Bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia, Sekolah Tinggi Theologi “IKAT” menyelenggarakan kuliah yang bertema “Merajut Kebersamaan, Merawat Ke-Indonesia-an, Memperkokoh Persatuan”, sebagai respon polemik keberagaman dalam bangsa Indonesia. Kuliah Umum itu, menghadirkan pemateri Syekh. Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, Ketua Pondok Pesantren Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, dan Dr. Ali Mocthar Ngabalin, MA, Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Koordinasi Mubaligh Seluruh Indonesia (BAKOMUBIN).
Berbagai isu negatif yang berkembang dapat berakibat buruk bagi keutuhan bangsa yang memiliki masyarakat majemuk. Hal itu tidak dapat dibiarkan. Sebab itu Gumilang pada sesi pertama perkuliahan tersebut memaparkan tentang keragaman yang sudah lama ada di bumi Nusantara. Perjalanan sejarah baginya penting diketahui guna mengambil nilai-nilai yang hidup dan tumbuh pada masa lalu. “Karena untuk menyambung segala yang baik pada masa lalu, haruslah mengingat masa lalu sebagai acuan melanjutkan kebaikan-kabaikan dan kedamaian itu” begitu pesannya.
Gumilang mengingatkan bahwa pemahaman sejarah yang benar adalah bagian dari upaya mempertahankan, merawat dan menumbuhkan kebersaman, kedamaian dan persatuan bangsa. Ia mengungkapkan bahwa Pancasila sebagai ideologi Indonesia sudah sangat tepat, dengan penerapan yang harus ditumbuh kembangkan lagi, agar hidup rukun dapat terwujud seperti sebelumnya.
Sementara di sesi ke dua, Ngabalin menyampaikan bahwa masyarakat terpelajar memiliki lima variabel penting yakni, Believe in God, Intelektual Knowledge, Culture, dan The Young Generetion. Believe in God sebagai sikap meyakini bahwa pada satu titik, ada yang mengatur hidup manusia. Manusia hidup tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang adalah pusat segala sendi kehidupan.
Dan konsep Intelektual Knowledge, Tenaga Ahli Utama Kantor Staff Presiden ini mengatakan bahwa kehadiran STT IKAT sebagai kampus yang mempersiapkan generasi yang berkemampuan intelektual knowledge. Ngabalin menjelaskan bahwa ilmulah yang merangsang keyakinan manusia. Karena ilmu pengetahuan yang membuat manusia mampu membedakan hak dan kewajiban.
Dalam konsep Culture, Ngabalin menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan keyakinan dapat dipertemukan dalam culture yang sama. Menurutnya, konsep moral culture yang dibangun STT IKAT dalam mendirikan kampus karena menyadari Indonesia membutuhkan generasi-generasi yang melanjutkan teladan agama. “Pengembang cinta dan kasih pada orang banyak, dengan nilai-nilai, budaya, iman dan ilmu yang benar” ucap Ngabalin. Lalu konsep The Young Generation adalah konsep berkelanjutan bagi generasi mendatang saat ini. Generasi muda hari ini harus melihat perkembangan teknologi, di era IR 4.0, sebagai alam teknologi yang semakin maju dan terbuka.
Ngabalin mengatakan bahwa pikiran kita harus semakin terbuka. Saat ini semua sektor kehidupan sudah terbuka, “kenapa masih ada yang takut tak karu-karuan dalam menghadapi perbedan-bedaan yang ada?!” tanya Ngabalin. Sementara Rektor STT IKAT, Dr. Jimmy Lumintang pada sambutannya menyampaikan bahwa STT IKAT memilih tema kuliah umum ini berdasar pada persoalan keberagaman yang sedang dihadapi Indonesia.
Kuliah Umum itu diselenggarakan di Ruang Serbaguna Kampus STT IKAT, Jl, Rempoa Permai, Bintaro, Jakarta Selatan, 28 Januari 2020 yang lalu. Selain dihadiri ratusan mahasiswa STT IKAT, acara itu juga dihadiri anggota Pewarna Indonesia dan masyarakat Umum.