Inilah Tiga Cara Tekan HIV/AIDS di Indonesia
Written by Daniel Tanamal on 1 December 2020
Meski penanganan masalah HIV/AIDS menjadi terhambat akibat masa pandemi COVID-19. Namun optimisme untuk menekan hingga mengakhiri penyebaran HIV/AIDS terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Penanganan HIV/AIDS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1987, saat pertama kali ditemukan dan kemudian menjadi program nasional di Kementerian Kesehatan. Beberapa langkah lanjutan yang kemudian dilakukan adalah pencegahan anak yang dilahirkan tidak terinfeksi HIV/AIDS melalui Program Aku Bangga Aku Tahu. Selain itu Kemenkes juga berusaha mengurangi stigma dan diskriminasi yang dirasakan orang dengan HIV/AIDS.
Ketua PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi dr. Ari Kusuma J, Sp. OG mengatakan setidaknya ada tiga cara untuk mengakhiri HIV/AIDS. Pertama zero infeksi baru, dimana pemerintah akan menekan infeksi baru seminimal mungkin tidak ada kasus baru. Ditargetkan sebanyak 90% orang dengan HIV/AIDS mengetahui statusnya.
Kedua zero kematian akibat HIV/AIDS, hal ini diukur dari 90% orang dengan HIV/AIDS diobati atau menjalani pengobatan ARV. Ketiga zero diskriminasi, yakni 90% orang dengan HIV/AIDS tidak merasa terdiskriminasi. “Kita melihat masih banyaknya diskriminasi terhadap anak-anak dengan HIV/AIDS baik oleh keluarganya maupun oleh masyarakatnya masih mengalami stigma dan diskriminasi,” kata dr. Ari.
Ditambahkan juga, penanganan HIV/AIDS harus menjadi komitmen bersama. Untuk sampai ke sana memang tidak bisa bekerja seperti pemadam kebakaran, sudah kejadian barulah bergerak, tetapi kita mulai dari pencegahan penyakit menular pada perempuan usia produktif. “Di sinilah pentingnya pendidikan seksual, memahami kesehatan reproduksi bagi remaja,” ujarnya.
Setiap tahun, tanggal 1 Desember diperingati seluruh dunia sebagai Hari AIDS Sedunia. Pada tahun ini yang menjadi tema utama adalah “Perkuat Kolaborasi, Tingkatkan Solidaritas, 10 Tahun Menuju Akhir AIDS 2030.”