International Women’s Day 2021, Ini Tema dan Sejarahnya
Written by Sarah Naomi on 8 March 2021
JAKARTA, RPK FM – International Women’s Day atau Hari Perempuan Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Di tahun 2021 ini, International Women’s Day (IWD) mengusung tema ‘Women in Leadership: Achieving an Equal Future in a COVID-19 World‘ atau ‘Perempuan dalam Kepemimpinan: Meraih Masa Depan yang Setara di Dunia COVID-19’. Dengan tema tersebut, kita merayakan upaya perempuan di seluruh dunia dalam membentuk masa depan dan pemulihan dari COVID-19 yang lebih setara, sekaligus menyoroti kesenjangan yang masih terasa di sekitar kita, terutama di ranah kepemimpinan.
Berawal dari tahun 1908, dimana saat itu terdapat 15.000 perempuan berunjuk rasa di New York City, Amerika Serikat untuk menuntut beberapa hak, seperti pemotongan jam kerja, gaji yang sepadan, hingga hak perempuan untuk ikut pemilu. Akhirnya, pada tahun 1909 sesuai dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional di Amerika pertama kali dirayakan pada 28 Februari. Lalu, pada 1910 digelar Konferensi Buruh Perempuan Internasional di Kopenhagen. Saat itu, seorang wanita bernama Clara Zetkin mengusulkan Hari Perempuan Internasional untuk dirayakan dunia di hari yang sama, demi mendesak tuntutan perempuan.
Akhirnya International Women’s Day (IWD) pertama dirayakan pada 19 Maret 1911 di tiga negara, yaitu Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, sebagaimana sesuai kesepakatan di Kopenhegen. Namun setelah melalui beberapa perundingan ulang, IWD resmi ditetapkan pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya dan dirayakan di seluruh dunia. Pada 1975, untuk pertama kali PBB merayakan IWD. Semenjak itu pula, PBB selalu merayakan IWD dengan tema yang berubah setiap tahunnya.
Di tahun 2021, meskipun di tengah pandemi COVID-19, seluruh perempuan di dunia tetap bisa ikut merayakan International Women’s Day (IWD) dengan berkontribusi dalam kampanye #ChooseToChallenge seperti dilansir dari internationalwomensday.com. Hal ini dimaksudkan agar perempuan bebas memilih untuk menunjukkan bahwa mereka bisa ikut serta dalam berkomitmen menantang dan menyerukan ketidaksetaraan gender. Dengan pose mengangkat satu tangan tinggi-tinggi dan menunjukkan dukungan melalui media sosial, para perempuan juga dapat memilih untuk mencari dan merayakan pencapaian kaum mereka. Tantangan inilah yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik, khususnya bagi para perempuan di dunia.