Upaya PGI dalam Menuntaskan Krisis Berkebangsaan Berkelanjutan
Written by rpkfm on 24 November 2021
JAKARTA, RPK FM – Kehidupan umat beragama hingga kini masih sangat erat kaitannya dengan intoleransi, konflik keagamaan, hingga radikal-terorisme. Buah dari aksi dan konflik yang kelam itu tidak hanya berdampak terhadap kehilangan nyawa, kerugian materiil, serta persoalan pengungsi, tetapi juga menciptakan stigma dan kebencian di masyarakat luas. Meskipun bangsa ini berakar dan tumbuh dalam keberagaman, dampak tersebut sangat terasa sejak dua dekade terakhir seperti yang dikutip dalam siaran pers kegiatan seminar agama-agama ke-36 PGI yang diadakan di Pontianak.
Krisis kebangsaan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum tuntas hingga saat ini yang justru semakin diperburuk dengan paradigma politik, lokal dan nasional, yang dimiliki sebagian kelompok dan partai politik di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini mereka cenderung menghalalkan berbagai cara, termasuk menggunakan isu-isu identitas dan/atau keagamaan, untuk beragam kepentingannya. Seperti istilah aji mumpung, kaum oportunis itu menggunakan fenomena segregasi di masyarakat (berbasis identitas agama),sebagai senjata pemenangan agenda-agenda politik dan ekonomi mereka. Agama ibarat barang murah dan laris untuk diperjualbelikan demi kepentingan sesaat.
Situasi di atas sejak beberapa tahun terakhir menimbulkan persoalan segregasi dan intoleransi antar-masyarakat. Pelarangan beribadah dan membangun rumah ibadah, provokasi dan penghinaan terhadap ajaran dan tradisiagama tertentu di ruang publik dan/atau media sosial, serta berbagai bentuk persekusi terhadap kelompok minoritas dan rentan, semakin mudah ditemukan.
Sebagai bentuk kontribusi dan/atau peran PGI terhadap situasi di atas, bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI akan menyelenggarakan Seminar Agama-Agama (SAA) ke-36 dengan mengangkat tema “Umat Beragama Mengelola dan Mengadvokasi Keberagaman di Indonesia”. Kegiatan ini didukung oleh PGIW Kalimantan Barat (Kalbar), Mission-21, Pemerintah Provinsi Kalbar, KODAM XII Tanjung Pura, Program Studi Agama-Agama IAIN Pontianak, PUSAD Paramadina, dan FKUB Kalbar.
“Ini salah satu bentuk dari upaya kita bersama untuk mengelola, serta mengadvokasi keberagaman. Persoalan- persoalan intoleransi yang terjadi belakangan ini karena kita sendiri juga kurang mendorong pemahaman itu kepada masyarakat. Kita perlu sesering mungkin mendorong dan mengadvokasi hal ini kepada seluruh masyarakat,” ungkap Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Pdt. Jacklevyn Manuputty, Rabu (24/11/2021) seperti dikutip dari siaran pers seminar agama-agama ke-36 PGI.
“Kami akan mendeklarasikan pernyataan lintas iman untuk merawat dan mengelola keberagaman, ekspresi dan komitmen kita sebagai penggerak perubahan, duta damai, di masyarakat. Pernyataan ini juga akan disaksikan oleh Bapak Gubernur Kalimantan Barat dan tokoh-tokoh masyarakat. Harapannya menginspirasi wilayah lain di nusantara yang kita cintai ini,” ungkap Sekretaris Eksekutif Bidang KKC, Pdt. Jimmy Sormin, Rabu (24/11/2021) dalam siaran pers yang sama.
Kegiatan SAA kali ini berisikan seminar tema utama, presentasi makalah pnelitian mengenai isu khusus, Lokakarya : HAM dan KBB, Analisis dan Resolusi Konflik, Strategi Media untuk Advokasi Keberagaman, Rencana Tindak Lanjut dan Ramah-tamah bersama Kodam XII Tanjung Pura. Acara ini juga diikuti oleh Pdt. Gomar Gultom, M.Th, Pdt. Jacklevyn Manuputty, Prof. Yudi Latif, Ph.D. dan beberapa tokoh lain sebagai narasumber.