STTBI Gelar Diskusi Kebangsaan untuk Mahasiswa Baru Pascasarjana
Written by Daniel Tanamal on 6 August 2022
Jakarta, RPK FM – Sambut mahasiswa Pascasarjana Tahun 2022, Sekolah Tinggi Teologia Bethel Indonesia (STTBI) gelar diskusi kebangsaan, dengan tema “Merajut Kebersamaan dalam Kebhinnekaan” di STTBI Petamburan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/09/2022). Hadir sebagai narasumber utama, Dr. Gernaida Pakpahan dan Yulius Aris Widianto.
Dalam diskusi ini, Dr. Gernaida Pakpahan menekankan pentingnya kesadaran diri bagi gereja ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, untuk tidak mengalienasi diri hanya pada urusan internal saja, namun berani sadar untuk keluar dan menjadi bagian keseharian dari masyarakat Indonesia itu.
“Jangan-jangan kita hanya sampai pada menara gading yang tidak tersentuh oleh komunitas. Itu sebabnya saat kita bicara kebhinekaan, gereja harus keluar dari kungkungan dan dinasti, yang seolah-olah kita hanya tinggal di mimbar-mimbar dan tembok gereja saja. Justru gereja harus hadir dan blended dengan bangsa ini, menjadi bagian integral dari bangsa, maka disitulah dia berfungsi menjadi garam dan terang bagi bangsa ini,” katanya.
Selaras dengan Gernaida, narasumber kedua Yulius Aris Widianto mengajak umat Kristen di Indonesia untuk juga sadar agar tidak terbolak-balik dalam memahami porsi dari peran dan tugasnya, bahwa mereka ditempatkan oleh Tuhan di Indonesia, untuk berbuat sesuatu, dan tidak menyerahkannya kembali kepada Tuhan.
“Ini menjadi kritik buat kita agar jangan terbolik-balik. Kenapa kalau untuk Indonesia, lalu kita serahkan kepada Tuhan? padahal Tuhan ciptakan dan tempatkan kita di Indonesia untuk berbuat sesuatu. Sesuatu yang sudah Tuhan limpahkan kepada kita, justru kita kembalikan kepada Tuhan. Tapi giliran porsinya Tuhan yang bekerja, kadang-kadang malah kita rebut. Seharusnya, yang peranNya Tuhan biarkan dia bekerja, dan perannya kita ya kita kerjakan. Fakta ini menjadi tantang misi buat diri kita,” jelasnya.
Dirinya menambahkan agar umat Kristen saat ini untuk fokus berinteraksi dan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. “Jika ada pertanyaan, kalau kita berinteraksi, pergaulan buruk merusak pergaulan baik, maka tugas gereja mengimunisasi jemaatnya supaya jemaatnya saat berinteraksi mereka sudah punya daya tahan iman yang kuat,” tambahnya.
Seusai diskusi, pimpinan STTBI yang diketuai oleh Dr. Frans Pantan menyambut baik penyelenggaraan acara ini yang dikemas dengan nilai-nilai kebangsaan, dan mengatakan pihaknya sudah merencanakan agar kegiatan diskusi semacam ini akan terus diintensifkan, guna edukasi publik dan juga peningkatan mutu para mahasiswa, dan secara umum untuk umat Kristen.
“Jadi mulai bulan ini kita akan buat satu studio yang lebih besar, dimana nanti akan ada talkshow-talkshow, yang kami harapkan berjalan sekali dalam sebulan, dengan topik-topik mengenai pergumulan-pergumulan, baik sebagai umat Kristiani atau juga sebagai warga bangsa,” katanya.
Hadir mendampingi Dr. Frans Pantan, Dr. Andreas Budi (Kaprodi S2 Teologi), Dr. Johni Hardori (Kaprodi S2 PAK), dan Dr. Susanna Kathryn (Kaprodi S2 Konseling).