Jejak Manis Pembangunan di Flobamorata
Written by Daniel Tanamal on 1 December 2022
Paruh kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo, semakin fokus menyasar prioritas pembangunan nasional ke arah Timur. Indonesia Sentris. Nusa Tenggara Timur (NTT) merasakan buah manis pembangunan. Berkali‐kali dikunjungi Presiden membuktikan Indonesia telah dibangun kembali dari pinggiran negeri. Dibangunkan dari ketertinggalan, kemiskinan dan keterbelakangan pembangunan.
Salah satu persoalan maha penting dalam membangun NTT adalah menciptakan sumber daya air. Sebab NTT diberkahi kemarau panjang, curah hujan rendah, selalu sulit akan sumber air untuk memenuhi dahaga manusia, hewan serta tanaman. Kesusahan air seperti jadi warisan bagi setiap generasi. Menyiksa dan tanpa jalan keluar.
Berubahnya wajah NTT yang kering nan tandus, menghadirkan sejuntai asa ketika secara bertahap bendungan‐bendungan raksasa dibangun. Bayangkan tujuh bendungan raksasa: Raknamo di Kupang, Rotiklot di Belu, Napun Gete di Sikka (ketiganya sudah rampung). Segera dituntaskan bendungan Temef di Timor Tengah Selatan, Mbay di Nagekeo, Manikin di Kupang, dan Welekis di Belu. Selain bendungan telah terealisasi 288 embung seluruh NTT.
Apabila ketujuh bendungan raksasa tuntas, maka perkiraan mampu menyimpan sekitar 188 juta m3 volume air, yang prioritasnya untuk kebutuhan irigasi demi ketahanan pangan, sumber pembangkit listrik, dan tentunya sumber air bersih (sumber: www.pu.go.id. Diakses pada 25 November 2022).
Agresifitas pembangunan di tanah Flobamorata melalui berbagai proyek strategis nasional yang dikerjakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) khususnya dibawah kepemimpinan Erick Thohir, menampilkan kinerja brilian yang fokus dan tuntas merealisasi visi pembangunan nasional.
Disamping infrastruktur air, dengan ditetapkannya Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium, BUMN bekerja ekstra memantaskan Labuan Bajo dengan fasilitas terbaik kelas dunia. Seolah memberi pesan pada dunia “nikmatilah NTT, minimal sekali seumur hidup anda.” Ya, datang dan rasakan langsung sensasi berjumpa hewan purba Komodo, jejeran pulau‐pulau cantik tiada dua di planet Bumi, keunikan budaya, serta senyum manis dan perangai hangat penduduk lokal.
Tak dinyana pembangunan pariwisata bergulir terus, seperti penataan Tana Mori menghadapi ASEAN Summit tahun 2023, Penataan kawasan Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, Penataan kawasan Marina Labuan Bajo, SPAM Wae Mese II, serta sistem pengelolaan sampah Warloka.
Tak sebatas air dan pariwisata, NTT yang adalah wilayah berbatas darat dengan Timor Leste mengalami kemajuan infrastruktur dalam konektivitas lintas batas negara. Lihat saja tiga Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sudah dibangun di Wini, Motaain dan Motamasin. Bahkan ada pula rencana PLBN Napan di Timor Tengah Utara. Nyatanya terbangunnya PLBN menggerakan ekonomi masyarakat perbatasan.
Sementara batas negara lainnya yaitu Pulau Rote yang terpisah laut dengan Darwin, layak mendapat atensi pembangunan nasional. Mengingat sebagai gerbang benua Australia, pembangunan prioritas nasional masih terasa sunyi di pulau terluar dan terselatan Indonesia ini. Harapannya, Pulau Rote tidak kalah maju dengan kota di seberang benua. Menjelma jadi super modern dan tertata sempurna dengan tangan dingin BUMN.
Infrastruktur dalam berbagai bentuk adalah masa depan manusia. Bagaimana tidak, keterisoliran NTT akibat jalan rusak, jembatan putus dan banjir menyisakan kisah dramatis. Orang‐orang sakit dengan kondisi darurat terpaksa mereggang nyawa ditengah perjalanan saat menembus jalan rusak, berbatu nan terjal hanya demi menjangkau fasilitas kesehatan yang lebih baik daripada yang ada di desanya. Sekarang terasa betul pembangunan jalan dan fasilitas penghubung yang bermanfaat menggerakan arus manusia dan arus ekonomi.
Demikian pula fasilitas kesehatan terbenahi. Dahulu rakyat tak punya pilihan, apabila berobat harus ke pulau Jawa. Namun dengan peresmian Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Vertikal (RSUPT) Kupang, kini NTT memiliki fasilitas kesehatan terbaik di Indonesia Timur.
Progresifitas pembangunan NTT mampu menggerakan perekonomian. Seperti dilansir situs resminya (www.bi.go.id), Bank Indonesia mengungkap pertumbuhan ekonomi NTT akhir 2021 tumbuh sebesar 3,10% membaik dibandingkan triwulan III sebesar 2,36%.
Rakyat NTT adalah saksi mata cinta bertubi‐tubi itu datang dari pemerintah pusat lewat kerja keras BUMN, yang tak lelah memastikan pembangunan terwujud. NTT naik kelas, bukan lagi kelas provinsi miskin, tertinggal, terluar, terisolir atau stigma buruk lain yang telah kami terima selama ini.
Terima kasih atas jejak manis pembangunan NTT. Kami menyambut tahun 2023 dengan keyakinan bahwa rakyat NTT akan maju dan memajukan Indonesia. Selamat Tahun Baru Indonesia.
(Aulora Agrava Modok – Warga NTT)