Sempat Diklaim Negara Lain, Begini Asal Usul Batik Sebenarnya
Written by Sarah Naomi on 2 October 2020
Pada bulan Juli 2020, warganet Indonesia dikejutkan dengan cuitan dari kantor berita Xinhua, kantor berita resmi asal Tionghoa, yang mengklaim bahwa batik adalah seni yang berasal dari China dan warisan budaya milik mereka. Klaim ini dicuitkan oleh Xinhua disertai dengan video proses pembuatan batik berdurasi 49 detik.
Namun, ini bukanlah pertama kalinya batik diklaim dari luar dan membuat heboh warganet Indonesia. Sebelumnya satu di antara finalis Miss Grand International 2018 dari Malaysia, Debra Jeanne Poh, mengunggah foto mengenakan cropped top bermotif batik parang. Baju ini merupakan karya Dona Plant Base, label batik di Malaysia. Postingan tersebut menuai banyak komentar dari warganet, baik dari Malaysia maupun Indonesia. Emosi warganet memuncak saat Miss Grand Malaysia 2017, Sanjeda John turut berkomentar dan mengklaim bahwa batik motif parang tersebut berasal dari Malaysia.
Lalu, bagaimana asal usul batik sebenarnya?
Mengutip Indonesia Baik yang dikelola Kementerian Informasi dan Teknologi (Kominfo), istilah batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa yaitu amba dan titik. Oleh karena itu, batik secara historis disebut berasal dari suku Jawa. Keberadaan batik kemudian menjadi lumrah di masyarakat sejak kerajaan Majapahit di abad ke-17. Pada masa itu, corak batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau motif batik hanya didominasi oleh gambar tanaman atau binatang. Kemudian, penulisan batik pun mulai ditujukan pada media yang berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna terang menjadi pilihan utama karena dianggap lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk pemanfaatan yang lebih banyak. Ketika itu, saat batik mulai dibuat pakaian, kain digambar menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti daun jati, tinggi, mengkudu, pohon nila, dan soga. Sedangkan untuk bahan sodanya, para pembatik masa itu menggunakan soda abu dan tanah lumpur. Semakin terkenal, batik menyebar luas ke berbagai kerajaan lain di Indonesia. Akhirnya para pembesar kerajaan Mataram, Majapahit, Demak, dan lain-lain menjadikan batik sebagai simbol budaya.
Sejarah perkembangan batik tidak hanya
berhenti sampai di situ. Di era sekarang, berbagai pernik pelengkap
penampilan dalam kehidupan sehari-hari seperti tas, sepatu, dasi,
hingga helm, juga sudah menggunakan batik sebagai motifnya. Bahkan,
pakaian-pakaian sekolah, kedinasan, dan lain sebagainya juga
menggunakan motif ini sebagai pilihan utama. Namun, meski dipakai
untuk berbagai keperluan, batik memiliki corak yang amat beragam
dengan makna yang berbeda-beda pula, misalnya makna keberuntungan,
kemakmuran, ketegasan, dan lain sebagainya. Proses penggambaran batik
ini menggunakan lilin panas yang dibentuk menjadi titik dan garis dan
titik dengan alat khusus. Ada juga yang menggunakan teknik celup
untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Banyaknya ragam corak batik
Indonesia karena adanya pengaruh berbagai faktor, mulai dari
kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa burung merpati China, merak
India, hingga bunga sakura Jepang. Namun di balik itu semua, batik
Indonesia mencerminkan kreativitas dan keyakinan spiritual
masyarakatnya.
Menurut laman situs web Intangible Cultural
Heritage UNESCO, batik telah terdaftar sebagai warisan dunia yang
berasal dari Indonesia. Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO
dan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif Budaya Non-benda Warisan
Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of
Humanity) pada 2 Oktober 2009. Penetapan UNESCO terhadap batik inilah
yang menjadi dasar pemerintah Indonesia memperingati Hari Batik
Nasional setiap 2 Oktober.
Setelah batik resmi dikukuhkan oleh UNESCO, diharapkan batik bisa diapresiasi oleh masyarakat Indonesia dengan memakai produk budaya sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari. Selamat Hari Batik Nasional!