Menghidupi Injil Sepenuhnya: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Teologi Pentakosta Wolfgang Vondey
Written by Daniel Tanamal on 12 May 2025
Bagaimana kita sebagai orang percaya bisa benar-benar “menghidupi Injil”? Buku Pentecostal Theology: Living the Full Gospel karya Wolfgang Vondey mengajak kita melihat kembali makna Injil bukan hanya sebagai doktrin, tetapi sebagai kisah hidup yang dijalani dengan iman, kuasa Roh Kudus, dan pengharapan akan kemuliaan.
- Injil Bukan Sekadar Ajaran, Tapi Kisah Hidup
Menurut Vondey, Injil Sepenuhnya (Full Gospel) terdiri dari lima tema utama: Keselamatan, Pengudusan, Baptisan Roh Kudus, Kesembuhan Ilahi, dan Pemuliaan. Tapi ia menekankan bahwa ini bukan sekadar teori. Injil adalah pengalaman hidup yang harus dialami dan diwujudkan dalam iman dan praktik sehari-hari. - Keselamatan Sebagai Jantung Injil
Vondey melihat keselamatan sebagai inti dari seluruh pengalaman Pentakosta. Ia menyebutnya sebagai pengalaman partisipatif – bukan hanya “percaya” secara pasif, tetapi mengalami perubahan hidup secara aktif. Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah secara pribadi, melalui kerinduan untuk dikuduskan dan diubah oleh Roh Kudus. - Roh Kudus dan Kuasa Pengudusan
Salah satu poin menarik dalam buku ini adalah penggambaran bahwa pengudusan adalah karya penuh Allah, tetapi membutuhkan tanggapan aktif dari manusia. Artinya, hidup kudus bukan sekadar hasil doa semalam, tapi perjalanan terus-menerus bersama Roh Kudus. Sayangnya, Vondey tidak memberikan panduan praktis bagaimana menjalani proses ini hari demi hari. - Penyembuhan, Penyembahan, dan Komunitas
Vondey juga menekankan pentingnya penyembuhan ilahi dan peran komunitas dalam kehidupan rohani. Altar menjadi simbol penting: tempat ibadah, persembahan, dan perjumpaan dengan Allah. Ia mengajak kita untuk kembali memahami makna altar secara spiritual — bukan lagi hanya altar fisik, tetapi komitmen hidup untuk menyembah Allah secara total. - Gereja Sebagai Ruang Hidup Injil
Bagi Vondey, Gereja bukan hanya institusi, tapi tubuh Kristus yang dibangun oleh dan dalam Roh Kudus. Tugas Gereja adalah melanjutkan misi Kristus: memberitakan keselamatan, memuridkan, menyembuhkan, dan menyembah bersama. Teologi Pentakosta mendorong Gereja untuk menjadi komunitas yang hidup dan aktif, bukan sekadar tempat ibadah seminggu sekali. - Pentingnya Teologi yang Hidup dan Kontekstual
Di bagian akhir buku, Vondey mengajak kita melihat Teologi Pentakosta secara lebih luas – bukan hanya soal pengalaman karismatik, tetapi juga sistematika teologi yang utuh. Ia membahas penciptaan, kemanusiaan, budaya, dan masa depan dalam terang Roh Kudus. Namun, ia juga mengakui bahwa banyak praktik masa lalu belum dihubungkan dengan konteks zaman ini.
Pentingnya Menghidupi, Bukan Hanya Memahami
Buku ini mengajak kita untuk tidak sekadar belajar tentang teologi, tapi benar-benar menghidupinya. Teologi Pentakosta menurut Vondey adalah undangan untuk mengalami Allah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam pengajaran di mimbar. Ini adalah ajakan untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus, menjadi saksi Kristus, dan membangun Gereja yang dinamis di tengah dunia yang terus berubah.
Mungkin kita belum sempurna, tapi Vondey mengingatkan: Allah sudah bekerja, sedang bekerja, dan akan terus bekerja dalam hidup kita. Seperti doa Paulus: “Kiranya Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya… supaya tubuh, jiwa dan rohmu tak bercacat pada kedatangan Tuhan Yesus Kristus.” (1 Tes. 5:23).
Corry Prasetya (Mahasiswa S2 Oral Roberts University)
RPK FM